Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Mengoptimalkan Bakat Anak

Assalamu`alaykum,

Haii, mahmud cantik...
Masih semangat yaa...mendampingi dan membersamai anak? Tentu masiih doonk...karena ini adalah tugas utama dan pertama seorang Ibu di muka bumi ini. Kalau ada perasaan jenuh atau bosan, itu wajar saja. Yang penting kita mengenal diri ini dan mudah menemukan solusi atas kejenuhan yang kita alami.



Setelah beberapa kali aku mengikuti seminar mengenai Memandu dan Mengenal Bakat Anak yang disampaikan oleh salah seorang sahabat, teh Elma Fitria dan suami, kang Firman, ada rasa ketidakpercayaan diri dalam meresume materi seminar tersebut. Karena beliau dan suami adalah seorang praktisi Talents Mapping yang sudah bisa dipastikan materi yang diberikan sangat padat dan bergizi. Namun atas postingan seorang sahabat KEB dalam program #KEBloggingCollab kelompok Yohana Susana ada tulisan mengenai Anak SD Dijejali Banyak Les? yang ditulis oleh mba Hanny Nursantimaka aku merasa pas sekali dengan materi yang sudah aku dapatkan. Tinggal menulis dan mengamalkannya niih....yang membutuhkan keistiqomahan.

Pernyataan yang paling melekat dari sebuah TV Kabel yang sering menayangkan figur seorang princess adalah "You Can Be Everything" adalah kalimat yang tidak benar kalau kita kaitkan dengan ayat Al-Qur'an surah Al-Israa : 84.

"...setiap orang akan berbuat sesuai syaakilah-nya masing-masing..."


Pertanyaan berikutnya adalah apakah syaakilah itu?
Syakilaah menurut bahasa Arab artinya adalah bentuk (shape of something; penampilan dari sesuatu atau cetakan untuk sebuah bentukan).
Namun dalam bahasa psikologi dapat juga diterjemahkan sebagai bakat atau sesuatu yang menonjol pada diri masing-masing manusia.

Bakat ini termasuk pola perilaku, cara berpikir dan merasa yang dapat digunakan secara optimal untuk melakukan aktivitas produktif.

Misalnya, dalam sebuah kelas, ada anak yang ceria dan humoris. Ia mampu membuat kelas menjadi lebih hidup karena sifatnya. Namun tak semua orang memiliki sifat ceria seperti itu. Ada pula anak yang serius. Hanya bisa bercanda di saat-saat tertentu. Maka ini yang disebut syaakilah (kekuatan atau bakat unik yang dimiliki setiap individu).


Lalu aku tiba-tiba menjadi teringat sebuah cerita tentang seekor kelinci yang sangat pandai sekali melompat berteman dengan monyet yang sangat pandai memanjat. Mereka dilatih oleh seorang trainer dan sang trainer berharap kelinci yang pandai melompat ini pintar berlari dan memanjat, sedangkan si monyet yang mahir memanjat pun sama, dilatih agar bisa berlari cepat dan melompat.

Dan bisa ditebak apa yang terjadi?

Si kelinci mungkin bisa melakukan hal yang dilatihkan oleh sang trainer, namun tidak menguasai. Sama halnya dengan si monyet. Ia pun bisa berlari, namun tidak mungkin bisa cepat. Apalagi melompat, ia akan selalu kalah dengan kelinci.


Jadi apa yang bisa kita tarik kesimpulannya dari cerita di atas?


Berikanlah anak-anak ruang dan waktu untuk mengembangkan syaakilahnya. Jangan dipaksa anak yang tidak suka pelajaran berhitung untuk pandai matematika. Karena sebenarnya ada banyak sekali bidang keahlian di dunia ini. Namun jarang kita sebut sebagai profesi.



Maka tugas kita adalah menemukan bakat kemudian misi hidup yang mulia sebagai khalifah di bumi Allah ini, sehingga kemudian orangtua mampu membantu anak-anaknya dalam menemukan misi hidup mereka.

Kalau kedua orangtuanya saja masih galau dalam menekuni misinya, bagaimana mungkin bisa membantu anak-anak dalam menemukan misi hidup mereka?


Cara untuk mengetahui bakat anak adalah dengan mendampingi dan membersamai anak di setiap aktivitas. Bukan berarti kita menjadi orangtua tipe helikopter view atau perintah sersan yaa...

Baca juga :
Resume Mendidik Dengan Cinta dan Logika


Tapi observasi ini dilakukan jangka panjang oleh kedua orangtuanya. Bukan oleh nenek-kakek bahkan pengasuh. Kenapa?

1. Karena orangtua adalah pihak pertama dalam menumbuhkan rasa percaya (self-worth), merasa dirinya berharga dan dipercaya di lingkungan yang paling ia kenal dekat.

2. Hanya orangtua yang paling mungkin memberikan ruang untuk pertumbuhan fitrah bakat anak sepanjang hidupnya.

3. Setelah memberi ruang, hanya orangtua yang mampu membimbing serta memupuk kekuatan anak dan mensiasati bakat lemahnya.


The Arief's


Jadi sebagai orangtua, kita harus paham dulu niih...bahwa anak :

🎕Bukanlah blue-print kita.
Yang dulu cita-citanya gak tercapai siapaaa? ((langsung ngacung 😓))
Lalu dengan semena-mena kita menobatkan anak harus menjadi apa yang kita inginkan. Adil gak siih? 
Yang punya cita-cita siapaa...yang disuruh berusaha siapa? Memangnya jaminan yaa...profesi tersebut membuat anak kita menjadi lebih bahagia?!


🎕Memiliki keunikannya sendiri.
Jadi kita belajar menerima, memahami, dan menghargai kesukaan anak.
Tapi value keluarga masing-masing yaa...kalau di keluarga kami, valuenya adalah sepanjang tidak melanggar syariat yang sudah diajarkan Allah melalui RosulNya.

Contohnya : 
Ai (anak pertama kami) sangat menyukai aktivitas seni menggambar, maka kami membebaskan ia berekspresi. Namun seiring berjalannya waktu, kami mendapat ilmu bahwa menggambar segala jenis makhluk Allah tidak boleh dengan matanya. Karena jika ada matanya, akan dianggap menyerupai ciptaanNya, sehingga membuat malaikat tidak akan masuk ke tempat orang yang menggambar tersebut. Jika tidak ada malaikat yang turut hadir, maka hilanglah segala keberkahan.


🎕Sudah dibekali oleh fitrah yang sudah terinstal pada diri masing-masing individu.
Sehingga tugas orangtua hanyalah membantu, mendampingi dan memfasilitasi segala kegiatan anak. Memberi penguatan bahwa dalam diri anak itu terdapat kebaikan dan kebaikan itu digunakan untuk menemukan misi hidupnya.


Apa saja Fitrah Anak yang perlu ditumbuhkan?

Terdapat 6 fitrah yang harus ditumbuh kembangkan orangtua kepada anak usia dini

Kalau sudah ketemu bakatnya mah...enak yaa...orangtua tinggal mendampingi dan memfasilitasi. Lhaa...kalau belum, bagaimana cara menemukannya?

1. Observasi

Atau biasa kita sebut dengan mengamati keseharian anak. Ia paling suka kalau sedang ngapain siih? Matanya akan berbinar saat sedang pegang apa? Melakukan permainan apa?
Karena kalau sama anak, gak mungkin doonk yaa...observasinya kaya sama orang dewasa yang isi-isi kuisioner... Pasti kita orangtua-nya lah yang harus dengan sabar mendampingi anak.

2. Interaksi

Di saat mengamati keseharian anak, apa yang kita lakukan? Pegang gadget sambil nulis status? Atau sekedar ada di samping anak saja...beres??
Engga doonk yaa, Bunda...

Kita harus main bersama, kalau perlu guling-gulingan hingga kotor-kotoran barsama... Kalau kitanya asik, maka anak akan merasa dekat dengan kedua orangtuanya. Kalau sudah dekat, maka akan lekat kemudian menjadi sahabat.
Seneng banget pastinya kalau setiap anak ada masalah atau cerita di sekolah, kita-lah orang yang pertama kali diceritain.
MashaAllah....


3. Komunikasi

Kalau sudah dekat sama anak, pastikan komunikasinya juga lancar. Sesuaikan gaya komunikasi kita dengan usia anak. Jangan samakan komunikasi anak batita dengan kakanya yang sudah 7 tahun ke atas, misalnya.... Kaka pasti tidak akan suka...begitupun sebaliknya, mengajak komunikasi si bayi imut dengan gaya bahasa orang dewasa...yang ada, pesan yang ingin kita sampaikan jelas tidak akan sampai pada si penerima pesan.
Yang ada malah miss-comm nanti....alias miss communication.
Heuu~~


4. Eksplorasi

Usia anak di bawah 7 tahun memiliki kecenderungan untuk berganti-ganti kesukaan. Hari ini teman-temannya demam sepatu roda, maka anak kita pun pasti meminta untuk dibelikan bahkan ikut les. Lalu apa yang terjadi ketika si sepatu roda sudah gak happening lagi?
Anak akan beralih ke hobi lain. Menyanyi, menari atau bahkan bermain musik?
Jadi, jangan mudah menarik kesimpulan bahwa anak kita pasti bakatnya di bidang musik, seni atau pelajaran tertentu. Karena bisa jadi itu adalah ajang ia mencoba dan merasakan dunia.

Maka, kayakanlah pengetahuan profesi atau aktivitas untuk anak di bawah usia 7 tahun. Agar ia bisa merasakan dan berubah kalau memang tidak sesuai dengan panggilan hatinya. Jika sudah 7 tahun (ke atas) sang anak masih berubah-ubah juga, maka lanjutkan untuk mengenalkan lebih banyak lagi dunia baru untuknya.

Tabel observasi untuk anak sesuai tahapan usianya

5. Menguji

Semakin dewasa, anak akan semakin mantap menyukai suatu hal. Ciri yang paling mudahnya adalah ia tidak mudah putus asa saat melakukan hal yang ia sukai, meskipun menemui masalah.
Maka jika tanda itu sudah terlihat, orangtua dapat menarik kesimpulan "Inilah yang ia cari selama ini."


6. Dokumentasi

Ini sejenis membuat portofolio anak. Sehingga kita dapat menarik garis apabila portofolio ini sudah terkumpul dengan baik. Makanya penting banget kita menuliskan aktivitas harian anak. Kalau mau mudah, jaman sekarang ada instagram atau blog bagi yang ingin lebih private (karena gak semua orang melihat dokumentasi foto anak).

Buka juga kisah keluarga kami di lendyagasshi.wordpress.com


7. Evaluasi

Setiap kegiatan tidak harus melulu ditutup dengan evaluasi yang menegangkan. Bisa juga dibalut dengan bahasa yang fun agar anak bisa mengambil ibroh (manfaat) dari setiap kegiatan yang ia lakukan selama ini.

Langkah menemukan bakat anak

Kesimpulannya Bakat adalah

Alami (sudah ada sejak lahir)
Permanen (tidak akan berubah-ubah) dan,
Berkembang seiring pengalaman serta pendewasaan diri.
                                                                                                                                                                                                                               
Jangan lupa untuk merumuskan tujuan pengasuhan, agar kita bisa menentukan pula arti kata "SUKSES" versi keluarga kita masing-masing.


Sekian resume seminar saya kali ini. In syaa Allah berkaitan dengan Talent Mapping atau Memetakan Bakat kini ada buku panduannya yang ditulis oleh Abah Rama. Akan sangat berguna kalau sahabat di sini sudah coba tes 34 bakat di web temubakat.com.

Tes ini efektif untuk anak usia 14 tahun ke atas. Karena sudah bisa diajak berpikir logically. Jadi kalau anaknya masih imut-imut, ibu sama ayahnya dulu aja yang di tes. Agar lebih yakin dengan bidang yang ditekuninya saat ini. Kalau gak sesuai gimana?
Nah ini...yang perlu di konsultasikan dengan ahlinya. Kalau di Bandung, bisa menghubungi suami teh Elma, kang Firman di media sosialnya (facebook @muhammad Firman).


Buku Talent Mapping Abah Rama Royani (penemu dan pengembang metode Talents Mapping)

Semoga tulisan ini bermanfaat.
Kalau mama muda pembaca lendyagasshi sudah menemukan bakatnya belum? Cerita donk di kolom komentar, bagaimana bisa yakin bahwa memang bakatnya di bidang tertentu tersebut?

Haturnuhun.


Salam hangat,







65 comments for "Mengoptimalkan Bakat Anak"

  1. Nah aku termasuk salah satu anak yg menjadi yang orang tua inginkan, huhuuu..
    Tapi sebagai Mama yang mengaku modern, pengalaman mengasuh anak dan melihat kesukaannya akan selalu mendukung dan mengarahkan saja.

    Semoga kita menjadi ortu yang dalam prakteknya menyenangkan yaa, soalnya sekarang banyak Teori ini itu,pada pinter tapi paa kenyataannya tak sesuai harapan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Teh Nchieee...
      Aku berasa dicubit.

      Iya banget teh..
      Yang penting mah...praktek-praktek-konsisten.


      Bismillah...

      Delete
  2. Iya neh, bakat anak harus dioptimalkan, sebagi orang tua harus mendukung jangan malah ngelarang.

    ReplyDelete
  3. Wah bermanfaat sekali artikelnya. Jadi nambah banyak ilmu nih. Terimakasih sudah berbagi :)

    ReplyDelete
  4. Wah lend..andai sistem pendidikan kita juga mendukung anak-anak yang gak suka math yaa..tapi tetep semangat lah...😊

    ReplyDelete
  5. Mantap mbak. Peran orang tua sangant penting y mbak

    ReplyDelete
  6. betul.. bakat alamiah anak berbeda tiap anak, ada yang berbakat jadi guru, tukang hitung, tukang lukis.. jangan dipaksakan belajar kimia hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ahha..haa..kok tau saya lulusan Kimia??

      ((tapi ini ga paksaan kok..milih jurusannya))

      Delete
  7. Nice post, ya Mba saya harao sebagai parent kita mudah menemukan bakat dan passion anak, supaya mereka bisa hidup lebih terarah dan bahagia sejak dini

    ReplyDelete
  8. Anak memang punya bakat bawaan sendiri dan kesukaan..


    Tapi kita harus mengarahkan..sesuai dengan tuntunan agama..

    Jika suka melukis..mungkin lebih diarahkanelukis alam..abstrak dll..

    Intinya takembiarkan begitu saja..

    ReplyDelete
  9. Jujur aku blm.nemu apa bakat anak2ku, hehehe. Payah yaa. Tapi kalau karakter dan kepribadian aku mulai bisa baca. :D

    ReplyDelete
  10. Rasanya suliiiit banget utk bisa 'lepas' dari keinginan membentuk anak sesuai yg aku mau. Sbg org tua aku sadar terlalu banyak tuntutan Kpd anak. Aah .. merasa tertampar baca tulisanmu mbak. Makasih ya

    ReplyDelete
  11. Semoga kita dijauhkan dari menjadi orang tua yang memaksakan kehendak sama anaknya ya mbak.. Karena bakat dan passion setiap anak itu berbeda, ga ada anak yang bisa disamakan.. ^^

    ReplyDelete
  12. Mbak Lendy, tulisannya bikin adem. Terima kasih ilmunya. Tapi aku tambahin dikit ya. Selain menemukan bakat anak, jangan lupa untuk memberikan pujian pada setiap hal-hal kecil dari prestasinya.
    Curhat dikit ya, aku kebetulan alhamdulillah punya orangtua yang membebaskan aku mengembangkan minat aku maunya apa. Dari kecil aku sudah tahu ingin menjadi penulis. Dari SMP aku sudah aktif kursus jurnalistik. Tapi mamaku dibesarkan dengan pandangan enggak baik memuji anak karena takut jadi sombong. Akhirnya setiap aku mendapat prestasi di bidang penulisan mamaku akan mementahkan prestasi aku. Lambat laun aku menutup diri dan berhenti menulis.
    Jadi, jangan lupa memuji ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa...teh, point ini aku sering lupakan.
      karena aku juga jarang diapresiasi orangtua.

      Ijin menambahkan dalam tulisan yaa, teh...
      Jazzakillah khoiron katsiron.

      Delete
  13. Saya dulu sempat ikutan tes sidik jari mba, dan ternyata hasilnya cocok dengan bakat saya. Terus akhrnya ngetes anak-anak juga, ternyata sama bakatnya kayak saya, ada di musik juga. Dari perilaku anak-anak sih belum menonjol banget, misalnya suka pencet2 mainan piano, goyang2 kalo denger lagu.

    ReplyDelete
  14. buat aku yg blm punya anak bagus banget nih tulisanmu spy tau bagaimana ngurus anak.. thanks mba

    ReplyDelete
  15. Kalo anakku yg pertama, aku yakin bangetbakatnya sama kayak emaknya, hihi.. lebih ke sosial. Nah adiknya mirip papanya kayaknya, doyan bisnis krn itungannya pinter. Ah, anak2 memang unik, kita dukung aja semua kesukaan positif mereka ^^

    ReplyDelete
  16. Nabil umurnya 5 tahun, masi saya cari-cari nih bakatnya apa. Tapi emang harus jadi pengingat juga ya klo anak bukan blueprint orang tua. Mentang2 gak kesampaian jadi dokter, anak dipaksa jadi dokter. Duh mudah2an kita gak kayak gitu ya....

    ReplyDelete
  17. Lengkap sekali tulisannya mba. Menurutku penting banget untuk mengenali bakat anak.

    ReplyDelete
  18. keren kali ulasannya mbak lendy, aku jadi semakin penasaran bakat anakku itu apa ya?

    ReplyDelete
  19. Aku sering ngomel sama suami yg pengen banget "menularkan" ilmu musiknya ke anak-anak. Aku bilang "biarkan anak-anak jadi apa yg mereka suka, bukan karena sengaja ditular2kan" hahaha.

    ReplyDelete
  20. Alkhamdulillah sangat bermanfaat dan bertambah lagi ilmu parenting saya...

    ReplyDelete
  21. Alkhamdulillah sangat bermanfaat dan bertambah lagi ilmu parenting saya...

    ReplyDelete
  22. Alkhamdulillah sangat bermanfaat dan bertambah lagi ilmu parenting saya...

    ReplyDelete
  23. Dulu pengen banget si kecil pintar cas cis cus inggris, jadi saya masukkan les bahasa inggris. Eh kok dianya gak mood ya. Ternyata saya lupa tanya dan gak memperhatikan dia doyannya apa. Setelah lihat perkembangannya, ternyata dia suka hitung-hitungan. Beneran..pas diikutkan les matematika, anaknya happy banget.

    ReplyDelete
  24. Wah, banyak ilmu baru yang kudu saya pelajari. Saya masih ortu kudet yang praktek tanpa ilmu dari ahlinya. Makasih banyak tulisannya, Lendy. :)

    ReplyDelete
  25. ilmu yang harus diterapkan, makasih sharingnya mba Len.

    ReplyDelete
  26. Ilmu banget nih buat saya. Makasih teh lendy

    ReplyDelete
  27. Well ... Terkadang orangtua suka memaksakan kehendak, menjadikan anak sebagai blue print dirinya, lupa bahwa anak mempunyai karakter berbeda.

    ReplyDelete
  28. Hyaaaa, error mulu nih mbak dr td komenku gk masuk :(
    Intinya td komen kalau semoga aja aku gak jadiin anak blue printku. Meski emang ada yang aku inginkan dr mereka sih, alah satunya belajar bahasa asing hehe.

    Kalau aku sama suami sepakatnya anak2 gak perlu pinter di semua bidang. Misal jago di satu dua bidang yawes, itu aja yg kami dorong. Moga2 emang sesuai dengan cita2nya di masa mendatang aamiin.

    TFS postingannya mencerahkan mbak :D

    ReplyDelete
  29. Anakku masih suka semua hal mak, tapi kita berdua selalu bilang silahkan jd apa saja boleh, asalkan sekolah, kuliah dan kerja ya hi... Hi... Tapi itu juga masih bisa di kompromikan, yg penting dia happy

    ReplyDelete
  30. Anakku masih suka semua hal mak, tapi kita berdua selalu bilang silahkan jd apa saja boleh, asalkan sekolah, kuliah dan kerja ya hi... Hi... Tapi itu juga masih bisa di kompromikan, yg penting dia happy

    ReplyDelete
  31. Anak adalah harta paling berharga bagi sebuah keluarga. Karenanya,menaburinya kasih sayang dan cinta kasih, serta menumbuhkembangkannya secara tepat sasaran sesuai bakat dan minatnya adalah hal yamg paling dibutuhkan oleh si anak dalam mengarahkannya jadi pribadi yang bermanfaat bagi sesamanya nanti, ya, Teh.

    Hendaknya memang, orgtua masa kini harus mampu menjadi org tua yang terbuka dan tak memaksakan kehendak.

    Thanks utk tulisannya, Teh! :)

    ReplyDelete
  32. Mbak Lendy.. tulisannya àku bookmark ya.. 😍

    ReplyDelete
  33. Teh, saya izin save gambar tentang fitrah ya. Makasih :)

    ReplyDelete
  34. materi bunsay tentang ini juga kan ya. Observasi cara belajar anak. Aku masih melihat-lihat nih anakku cenderung ke mana.

    ReplyDelete
  35. Pembawa materinya keren banget ya,
    dan mak Lendy bisa kok membuat pembaca ngerti isi seminarnya, rasa2 ikut hadir mendengarkan secara langsung juga

    ReplyDelete
  36. Nice post mbak,
    Memang orang tua harus terus belajar mengenal lebih dekat anaknya sendiri ya mak. Belajar tiada henti, tiada lelah.

    ReplyDelete
  37. beluuuuuum
    soalnya belum menjadi mamah mudaaa

    tapi sedikitbanyak aku jadi tau sih, tentang cara untuk mengenali bakat si anak di masa depan
    kalau perihal tiap anak punya bakatnya masing2 dan nggak bisa dipaksakan, itu aku udah tau
    tapi yang aku baru tau ya tentangcara identifikasi bakat si anak, hehe
    semogaaaaa bisa inget-inget ilmu ini saat nanti punya anak
    aamiin

    ReplyDelete
  38. belum punya anak mbak
    *sedih

    doakan aku segera punya anak ya mbak, jadi bisa nerapin ilmu yang sudah mbak tulis sepenuh hati ini :)

    ReplyDelete
  39. Gw suka ngegambar sejak kecil, bahkan ngegambar di udara. Pake telunjuk sendiri, berimajinasi. Tapi ortu hanya tertawa saja, ngga mengarahkan hehe.. jadinya yaaa tak tecapai cita2nya. Tapi anak sih disuruh nggambar mau. Tapi ga tau, yg penting coba dulu. Kalau les gambar Manga (komik jepang) mau ngga ya. Mau tak coba dulu. Ngga dipaksa. Biasanya sih ada trial. Hanya mencari tau saja boleh kan yaaa

    ReplyDelete
  40. Annakku sukamenggambar tapi nggak suka mewarnai dia bisa habis berpuluh2 kertas kakau moodnya lagi bagus untuk mengfambar

    ReplyDelete
  41. komunikasi itu yang penting dan sering terlupakan.
    bahkan ada penelitian jika anak makan semeja dan berbincang-bincang dengan ayah, itu meningkatkan IQ anak.
    dengan syarat ayah berbicara tentang pengetahuan

    ReplyDelete
  42. Wah saya setuju bgt nih, apalagi pas bagian perkembangan anak itu semua sangat dipengaruhi oleh orang tuanya mbak..

    Kan banyak. Tuh kasus yang terjadi, dimana banyak kasus yang mana si anak tidak ingin jadi model tapi si orang tua memaksanya jadi model, atau misalnya, si anak tidak ingin jadi ingin sekolah di pesantren utk jadi santri, tapi orang tua memaksanya, akibatnya banyak anak yg tertekan dan muncul sifat pemberontak yang justru akan mengganggu perkembangan anak..

    Kayak contoh temenku, dari keluarga yg agamis, lalu memaksa anaknya jadi santri, padahal saya tahu, anaknya tidak ingin jadi santri, namun terkadang orang tuanya terlalu memaksakan kehendaknya, lalu akibatnya, sekarang dia jadi anak yang ugal-ugalan, tidak mau diatur, cenderung memberontak, dan semau-gue,..

    Ya menajdi pelajaran utk saya ke depannya, jika punya anak, alangkah baiknya untuk mengajaknya berjalan bersama untuk meraih dan menjadi apa yang dia inginkan, dan tidak memaksakan kehendak kepada anak..

    ReplyDelete
  43. Haduh misiku di dunia saja belum yakin apa nih 😩
    Menjadi ibu yang baik?
    Hmmmm... Blogger yang menyebarkan kebaikan? Duh pusing.

    ReplyDelete
  44. Saya mendukung sekali orang tua yang mendukung bakat anak bukan menanamkan bakat orang tua ke nak. orang yua memang harus menggali apa yyg anak suka jangan sampai memberi doktrin sehingga anak kehilangan jati diri. sering liat anak ngga suka piano tapi disuruh les piano. kesian juga

    ReplyDelete
  45. Biarkan anak jd apa yg dia mau. Aku berdoa gitu kalau ntar punya anak

    Udah buka temubakat tp blm jd isi dan skrg baru ingat lagi

    Jd inget cerita Anjing yg diasuh Kambing. Dia hrsnya bs galak, tp krn dia anggapnya kambing, bakat galaknya ilang deh

    ReplyDelete
  46. Semoga ketika anak kita besar nanti, kita tetap bisa menghormati segala keputusannya yaa.. Kadang aku suka mikir (dan khawatir) ketika mereka masih kecil2 gini, kita paham teorinya harus gimana-gimana. Tapi semoga ketika mereka besar nanti, kita tetap ingat bahwa mereka makhluk yg wajib dihormati & dihargai segala pilihannya. :)

    ReplyDelete
  47. bener banget
    anak sy dari umur 2 tahun udah belajar coret coret buku
    dia suka pamer gambar meski gambarnya blm jelas
    tp sy sering muji dia
    dia senang dan terus menggambar
    sekarang di usia 6 thn gambarnya udah halus
    udah jelas karakternya
    untuk ukuran seusianya termasuk bagus

    ReplyDelete
  48. Dalam hal bakat dan minat anak, aku menjadikan ortu dan mertua sebagai teladan. Beliau berempat tidak pernah memaksakan anak-anaknya menjadi seperti apa yang mereka mau. Selama tidak melanggar value agama, norma, beliau welcome aja anak mau beraktivitas seperti apa dengan menyediakan fasilitas semampu beliau.

    Enggak pernah memaksakan anak ikut les ini itu. Bahkan kalau anak sedang bosan dan pengen bolos sekolah pun silahkan aja, tapi akibatnya harus ditanggung sendiri. Dikasih konsekuensi gitu malah bikin aku takut mbolos.
    😂😂😂

    ReplyDelete
  49. Talent Mapping! Kebetulan lagi nyari-nyari istilah itu. Hahahah. Setuju sama tulisan Mbak Lendy. Bermanfaat. Perlu sekali disebar ke grup-grup WA Keluarga yang tersebar di penjuru negeri. Wahahaha. Aku gak bisa komen banyak sih. Ehem. Belum punya anak. Anak terakhir pula. Wkwkw.. Doakan saja usaha buat menikah lancar, dapat momongan, dan buka kembali postingan ini sebagai bekal praktek. Hahahahak

    ReplyDelete
  50. Betul Teh, anak memiliki keunikannya sendiri. Tugas orangtua yang harus bisa mencari minat dan bakat anaknya, lalu kemudian dikembangkan.

    ReplyDelete
  51. Ini info menarik buat para orgtua dan juga calon orgtua sperti aku.setiap anak punya keunikan dan bakat masing2, tugas orgtua mengeksplor kemampuan anak. Ah semoga nanti aku gk jd orgtua yg menyebalkan ya

    ReplyDelete
  52. Setuju banget kak! Kan gak setiap anak bakatnya sama ya, aku inget masa kecil, sukanya apa disuruhnya apa wkwkwm

    ReplyDelete
  53. Aku termasuk anak yang ndablek. Ndak pernah nurut apa kata orang tua. 😂😂😂


    Selalu. Apa yang dibilang papa, slalu aku bantah. Ga boleh ikut kegiatan inilah, aku ikut. Lha gimana :(

    Tapi, senakal2nya aku,aku tahu batas. Tahu mana yg boleh ditrabas mana yg engga. Dan alhamdulillahnya sejauh ini, kenakalanku didukung2 aja selama nggak ngerugiin sapa2.

    ReplyDelete
  54. Mbak, lengkap banget ini tengs banget. Aku simpan buat bekal persiapan punya anak. Huhu. Butuh bekal moril juga sih.

    ReplyDelete
  55. Lengkappppp banet di sini. Sipppp.. bisa aku ambil materi buat sampaikan ke anak-anak ya.. boleh kan Lend?

    ReplyDelete
  56. Agree Lend.. makanya anak2 gak aku les in matematika juga.. hehe karena math is not everything. without math is fine.. kecuali klo emang anaknya suka hehe.

    ReplyDelete
  57. PR..PR.. emaknya banyak PR nih, heu. Semangat!
    Semoga Allah menuntun dan memberi kemudahan bagi kami orang tua yang fakir ilmu ini :')

    ReplyDelete
  58. Hihi. sempat terbesit pikiran anak: saya besok kudu ikut les ini itu, bisa ini itu, pintar ini itu...hal2 yg gak saya kuasai. Namanya blue print yah? Ternyata seperti itu tuh jahat banget

    ReplyDelete
  59. I think this is a really good article.

    ReplyDelete
  60. You make this information interesting and engaging.

    ReplyDelete
  61. You give readers a lot to think about and I appreciate that kind of writing.

    ReplyDelete
  62. All your hard work is much appreciated.

    ReplyDelete