Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

[Bunda Sayang] Membangun Peradaban Dari Dalam Rumah




Materi kelas matrikulasi yang ke dua disampaikan oleh Bunda Septi Peni Wulandani di hari Senin, tanggal 16 Mei 2016 di grup wa dalam bentuk tanya-jawab seperti pada materi sebelumnya. Namun, sudah tentu materi yang kedua ini nampaknya perlu pemahaman lebih dalam, tak bisa hanya sekedar dibaca. Berikut materi yang disampaikan Bunda . . .
"Rumah adalah taman dan gerbang peradaban yang mengantarkan anggota keluarganya menuju peran peradabannya.”
Bunda,
Rumah adalah miniatur peradaban, dimana kita berdua bersama suami, diberi amanah sebagai pelaku peradaban melalui pendidikan anak-anak kita. Oleh karena itu sebagai orang yang terpilih dan dipercaya oleh yang Maha Memberi Amanah, sudah selayaknya kita jalankan dengan sungguh-sungguh.Maka tugas utama kita sebagai pelaku peradaban adalah mendidik anak-anak sesuai dengan kehendakNya, bukan mencetaknya sesuai keinginan kita.
Allah SWT menghadirkan kita di muka bumi ini sudah dilengkapi dengan Misi Spesifik, tugas kita memahami kehendakNya. Kemudian ketika kita dipertemukan dengan pasangan hidup kita untuk membentuk sebuah keluarga, tidak hanya sekedar untuk melanjutkan keturunan, atau hanya sekedar untuk menyempurnakan agama kita. Lebih dari itu, kita bertemu dengan suami dan melahirkan anak-anak, adalah untuk lebih memahami apa sebenarnya “Peran Spesifik Keluarga” kita di muka bumi ini. Hal ini yang kadang kita lupakan, meski sudah bertahun-tahun menikah.
Darimana kita harus memulainya?
Pertama.Temukan potensi unik kita dan suami. Coba ingat-ingat mengapa dulu anda memilih “dia” menjadi suami anda?
Apa yang membuat anda jatuh cinta padanya?
Dan apakah sampai hari ini anda masih bangga terhadap suami anda?

Kedua.

Lihat diri kita, apa keunikan positif yang kita miliki?
Mengapa Allah menciptakan kita di muka bumi ini?
Sampai kita berjodoh dengan laki-laki yang sekarang menjadi suami kita?
Apa pesan rahasia Allah terhadap diri kita di muka bumi ini?
Potensi unik produktif apa yang kelak menjadi panggilan hidup atau alasan kehadiran di muka bumi yang menebar rahmat dan manfaat bagi alam dan kehidupan.
Ketiga.
Lihat anak-anak kita, mereka anak-anak luar biasa. Mengapa rahim kita yang dipilih untuk tempat bertumbuhnya janin anak-anak hebat yang sekarang ada bersama kita.
Mengapa kita yang dipercaya untuk menerima amanah anak-anak ini?
Punya misi spesifik apa Allah kepada keluarga kita, sehingga menghadirkan anak-anak ini di dalam rumah kita?
Keempat.
Lihat lingkungan dimana kita hidup saat ini. Mengapa kita bisa bertahan hidup dengan kondisi alam dimana tempat kita tinggal saat ini?
Mengapa Allah menempatkan keluarga kita disini?
Mengapa keluarga kita didekatkan dengan komunitas-komunitas yang berada di sekeliling kita saat ini?
Empat pertanyaan di atas, apabila terjawab akan membuat anda dan suami memiliki “Misi Pernikahan” sehingga membuat kita layak mempertahankan keberadaan keluarga kita di muka bumi ini.



Berawal dari memahami Peran Spesifik Keluarga kita dalam membangun peradaban, kita akan makin paham apa potensi unik produktif keluarga kita, sehingga kita bisa senantiasa berjalan di jalanNya. Karena orang yang sudah berjalan di jalanNya, peluanglah yang akan datang menghampiri kita, bukan justru sebaliknya, kita yang terus menerus mengejar uang dan peluang.
Selanjutnya kita akan makin paham program dan kurikulum pendidikan semacam apa yang paling cocok untuk anak-anak kita, diselaraskan dengan bakat tiap anak, potensi unik alam sekitar, kearifan lokal dan potensi komunitas di sekitar kita.
Kelak, anda akan membuktikan bahwa antara pekerjaan, berkarya dan mendidik anak, bukanlah sesuatu yang terpisahkan, sehingga harus ada yang dikorbankan. Semuanya akan berjalan beriring selaras dengan harmoni irama kehidupan.


Materi yang padat untuk direnungkan, bukan?
Eheem...sejujurnya, saya pun masih belum memahami materi ketika belum ada contoh yang nyata dalam kehidupan. Berikut beberapa pertanyaan dari teman-teman saat kelas Matrikulasi sedang berlangsung.
  1. Berdasarkan pengalaman ibu, apa saja yg mempengaruhi berapa lama bukti itu datang bu?
    Apakah saat kolaborasi jawaban 4 pertanyaan dasar tentang misi hidup tersebut atau ada faktor lain yang menjadi katalisnya?
    (Niken)
Jawaban :
Mbak Niken, menurut pengalaman saya dan Pak Dodik, ternyata kuncinya adalah di nomer satu, penerimaan kita terhadap pasangan. Ketika secara lahir dan batin kami berdua sudah saling menghargai kehebatan masing-masing, mensiasati kekurangan-kekurangan yang ada padakami. Hal tersebut memudahkan jalan kami untuk menemukan misi spesifik keluarga.

2. Bu Septi, bagaimana tahapannya kita bisa tahu dan menemukan misi spesifik keluarga kita?
Apakah berawal dari memetakan kelebihan kita sebagai orang dulu, lalu bila telah hadir anak, usia berapa kita bisa mengikutsertakan anak dalam pemetaan misi spesifik keluarga?
(Nia)

Jawaban :
Betul mbak Nia, dimulai dari pemetaan diri kita berdua sebagai pasangan suami istri, kemudian setelah itu berdua memahami anak-anak yang dihadirkan dalam keluarga ini, selanjutnya potensi unik alamtempat kita tinggalkomunitas sekeliling kita dll. Disanalah kita bakal paham, mengapa Allah menjadikan keluarga kita seperti ini.

3. Bagaimana kita tahu dan yakin bahwa sesuatu itu ada misi spesifik kita?
(Nonong)

Jawaban :
Mbak Nonong, ada gejala-gejalanya. 
Antara lain, ketika kita melakukan hal tersebut, mata kita selalu berbinar-binar, energi tidak pernah habis, serasa ada energi yang terbarukan, tidak pantang menyerah, setiap kali ada ujian, selalu makin bersemangat. (Itu versi saya).
Kalau versi Abah Rama, ada 4 E (Enjoy, Easy, Excellent, Earn)
Nah untuk itu perlu dicoba satu persatu, ketika menemukan sesuatu yang "gue banget" segera tekuni dan jangan berganti-ganti (mengingat faktor U- umur) disitulah kita akan semakin memahami mengapa Allah menciptakan kita di muka bumi ini.

4. Bagaimana menemukan misi spesifik keluarga bu?
Apakah learning by doing atau harus berupaya dengan membuat poin-poin penting dan dievaluasi?
Berangkat dari 2 org yang menikah tanpa visi misi, hnya krn cinta dan mrasa sama2 baik.
(Laila)
Jawaban :
Mbak Laila di Aceh, cara menemukan misi spesifik sudah saya jawab di atas ya.
Kerentanan sebuah rumah tangga itu biasanya disebabkan karena keluarga tersebut tidak memiliki "misi pernikahan" dan "tidak ada kegiatan mendidik" didalamnya. Hanya sekedar cinta dan merasa sama-sama baik.
Good is not enough anymore, we have to be different
Harus ada yang membedakan keluarga anda dengan keluarga yang lainnya.
Karena keluarga anda adalah unik. Maka tidak bisa keluarga itu asal jalan saja, harus disepakati bersama ke arah mana perjalanan menuju DIA.
Dari situlah kita akan paham perjalanan keluarga ini setelah beberapa tahun menikah ON TRACK atau OFF track. Bicarakan dengan suami, dan evaluasi setiap tahun perjalanan hidup.
5. Boleh tahu, Bunda..
Misi pernikahan Bunda Septi dan Pak Dodik?
Jawaban :
Dari awal menikah, pak Dodik sudah punya misi "membangun peradaban dari dalam rumah", sehingga meminta saya sebagai calon istrinya untuk melepas SK Pegawai Negeri saya, dan full menjadi ibu bagi anak-anaknya.

6. Pada usia berapa tahun Bunda Septi dan Pak Dodik menemukan misi spesifik hidup?
Jawaban :
Kalau saya baru menemukan misi spesifik hidup setelah dikaruniai Enes dan Ara.
Perlu proses panjang. 

Kalau Pak Dodik kayaknya sebelum menikah sudah punya. Saya banyak belajar dari beliau.

7. Boleh tahu apa misi spesifik hidup Ibu septi dan Pak Dodik?
Jawaban :
Misi spesifik hidup saya "INSPIRATOR".
Tugas saya di muka bumi ini ternyata ingin menginspirasi banyak orang, semua pekerjaan yang berhubungan dengan "inspirasi" selalu membuat saya berbinar-binar. Dan lebih spesifik lagi khusus untuk pendidikan anak dan keluarga.
Kalau pak Dodik "Developer dan Educator".
Beliau selalu berbinar ketika menjalankan peran membangun hal baru yang berhubungan dengan pendidikan.
Saat ini kami sedang mengamati 3 peran hidup anak-anak, sedang kita lihat konsistensinya.
8. Darimana kita tahu kurikulum yang cocok untuk anak-anak?
Membeli ide dimana biasanya Pak Dodik dan Bu Septi?
Saya ibu dari 4 anak, jadi kadang bingung jika ketika mereka belajar bersama. Bahasa yang disampaikan harus ikut bahasa usia anak yg mana ?
Jawaban :
Personalized Curriculum untuk setiap anak itu muncul bersamaan dengan penemuan misi spesifik masing-masing anak. Sehingga kami tidak pernah memakai kurikulum baku yang sudah dibuat oleh manusia. Seiring berjalannya waktu kita amati perkembangan anak-anak, kami diskusikan berdua, buka dasar Alqur'an dan Hadist, kemudian bersilaturahim dengan para ahli, setelah itu kita susun bersama dengan anak-anak.
Mengenai konsep belajar, bunda nanti bisa belajar di materi "manajemen kelas" biasanya saya mempraktekkan bagaiman mengajar dengan berbagai usia di rumah. Ikuti terus ya...
9. Saya suka bingung kalo ngomongin misi.
Terakhir kali waktu merumuskan misi keluarga. Langkahnya seperti ini :
*Saya buat draft misi keluarga dalam bentuk mind mapdraft dibuat.berdasarkan hasil ngobrol ngalor ngidul yang saya simpulkan.
**Mengajukan mind map pada suami
***Mendiskusikan mind map (seringnya sih suami udah setuju aja)
****Kesimpulan misi keluarga.
Sudah benar belum ya Bu prosesnya?
(Nesri)
Jawaban :
Kalau melihat langkah mbak Nesri, terlihat mbak Nesri yang lebih sistematis, lebih proaktif dibandingkan suami. 
Kalau memang kondisinya semacam itu, maka langkah mbak Nesri sudah tepat untuk saat ini. Ke depan akan lebih baik lagi kalau mindmap itu muncul dari kedua belah pihak, banyakin ngobrol dan libatkan anak-anak. 
Belajar menjadi fasilitator handal untuk keluarga, sampai kita akhirnya banyak mendengarkan daripada berbicara. Setelah itu sistemasikan.
10 . Ibu Septi, dulu sama Pak Dodik di awal pernikahan apa pernah terjadi perubahan visi misi yg sblmnya sudah di gagas di sebelum menikah?
Jika iya, bagaimana caranya bisa kembali ke visi misi awal atau malah merubah bersama-sama visi misi sesuai keadaan?
(Nisa)
Jawaban :
Mbak Lisa di Banjarmasin, kalau misi pernikahan dari awal selalu ON Track di membangun peradaban.
Yang mengganggu biasanya kerikil-kerikil tajam kehidupan yang disebabkan karena kesalahan methodenya bukan MISI nya yang salah.
Metode itu bisa komunikasi yang tidak produktif, cara menyelesaikan masalah yang kurang biajksana, kekreativitasan dalam mengelola rumah tangga yang berhenti dll.
Jadi yang diperbaiki adalah hal tersebut. Kami berdua selalu menguatkan pada core value sebagai jalan kami yaitu IMAN dan KEHORMATAN.
Apakah yang kami lakukan ini menguatkan iman dan kehormatan?
Kalau ya - lanjut, kalau tidak - stop.
Itu yang menjadi indikator perjalanan.

quest
Setelah mendapat pencerahan dari materi yang diberikan melalui beberapa pertanyaan dari para Ibu-Ibu pembelajar, maka saatnya kami diberi tugas untuk diselesaikan sesuai tema hari ini. Nice Homework 2.
  • Jatuh cintalah kembali kepada suami anda, buatlah surat cinta yang menjadikan anda memiliki "alasan kuat" bahwa dia layak menjadi ayah bagi anak-anak anda.Berikan kepadanya dan lihatlah respon dari suami.Link tugas pertama mengenai SURAT CINTA. Klik di sini.

  • Lihatlah anak-anak anda, tuliskan kekuatan potensi dari mereka, siasati kelemahan masing2. Link kekuatan anak Atthaya Aisy Farzana (perempuan, 5 tahun). Klik di sini.
    Link kekuatan anak Qisya Hana Karima (perempuan, 3 tahun). Klik di sini.

  • Lihatlah diri anda, silakan cari kekuatan potensi diri anda. Kemudian tengok kembali anak dan suami, silakan baca kehendak Allah, mengapa anda dihadirkan di tengah-tengah keluarga seperti ini dengan bekal kekuatan potensi yg anda miliki.Link kekuatan lendyagasshi. Klik di sini.

  • Lihat lingkungan dimana anda tinggal saat ini, tantangan apa saja yang ada di depan anda?
    Kearifan lokal apa yg anda lihat?
    Adakah anda menangkap maksud Allah, mengapa keluarga anda dihadirkan disini?Maksud Allah saya dihadirkan di lingkungan sekarang dan saat ini. Klik disini.

Setelah menjawab pertanyaan, sekarang belajarlah memahami apa sebenarnya "Peran Spesifik Keluarga" anda di muka bumi ini.
Selamat membaca hati dan menuliskannya dengan nurani. Sehingga kata demi kata di nice homework #2 kali ini akan punya ruh, dan menggerakkan hati yang membacanya.
Salam hangat,
- Tim Fasilitator IIP Bandung.


Post a Comment for "[Bunda Sayang] Membangun Peradaban Dari Dalam Rumah"