Trauma Itu Disebabkan Oleh Sejarah Kelam Bangsa Indonesia Tahun 1965
Assalamu`alaykum,
Baca juga ;
Langkah 2 - Berpijak dan Terpusat
Denial.
MashaAllah,
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Doakan aku istiqomah yaa...
Salam hangat,
❝Sejarah selalu berulang.❞
Entah hanya kata-kata atau benar adanya. Aku merasa sakit selama beberapa hari ini karena diputar kembalinya film bersejarah G 30S/PKI. Ingatanku samar tentang film yang dahulu jaman aku TK rutin diputar di saluran televisi nasional, TVRI setiap tanggal 30 September jam 08.00 malam. Ingatanku mungkin saja memang pudar, namun luka lama kejadian besar itu yang pasti akan tetap terpatri dalam ingatan anak-anak korban keganasan PKI.
Monumen Kesaktian Pancasila |
Kali ini, aku ingin membahas dari sisi trauma-healing dan parenting pasca kejadian besar tersebut. Siapa yang tidak terluka ketika melihat keluarganya sendiri meninggal di hadapannya karena dibunuh oleh orang-orang yang mengaku tentara Tjakrabirawa (tentara elit pengawal presiden). Apalagi kala itu usia anak-anak para Jenderal Besar tersebut berada di bawah usia dewasa, bahkan ada korban yang bernama Ade Irma Suryani masih berusia 5 tahun kala kejadian itu.
Sungguh sebuah kenyataan yang amat pahit. Dan aku yakin, ada bekas trauma yang tidak akan lekang oleh waktu.
Terbayang di benakku yang baru juga kehilangan sosok Ayahanda di usiaku kini (30 tahun) adalah rasa sakit, sedih dan patah hati. Padahal aku sudah sebesar ini dan tidak lagi mengenal segala sesuatu bersifat abstrak. Dan tak juga diambil dengan cara yang begitu mengerikan di hadapanku. Karena Bapak tak kuat menjalani proses kemo-terapi yang diberikan dokter.
Baca juga ;
Terlepas dari itu semua, kepergian seseorang yang kita cintai dengan cara apa, dimana dan bagaimana adalah takdir Allah yang sudah ditetapkan bahkan sebelum kita diciptakan. Subhanallah...
Menonton kesakitan demi kesakitan yang dialami anak-anak korban ataupun istri Pahlawan Revolusi ini membuat aku terkagum-kagum akan ketabahan dan aku yakin, prosesnya pasti tidak sebentar. Karena ada reaksi-reaksi umum yang terjadi, diantaranya :
🔎Reaksi Fisik
Adalah reaksi yang dialami oleh tubuh secara otomatis apabila teringat kejadian yang membuatnya trauma. Seperti mendadak jantung berdetak cepat, keringat dingin atau yang lebih parahnya hingga histeris ketakutan.
🔎Reaksi Mental
Reaksi yang diberikan dari dalam diri sendiri. Justru yang seperti ini akan sulit diobati karena berkaitan dengan pola pikir seseorang dalam memandang masalah. Selama masalah tersebut terasa begitu berat, maka kepribadiannya akan berubah menjadi anak pemurung, pendiam dan menutup diri.
🔎Reaksi Emosional
Ada rasa ketidakpercayaan terhadap lingkungan, membenci diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar, hingga merasa kosong dan buntu secara ektrim. Sehingga bisa saja terdapat emosi yang tidak terkontrol.
🔎Reaksi Perilaku
Ada kecenderungan untuk menghindari tempat yang menimbulkan trauma, menjadi lebih menutup diri dan bahkan menjadi pribadi yang konfrontal (cenderung senang mempengaruhi orang lain dengan perkataan atau perbuatan yang anda lakukan).
Trauma adalah sebuah keadaan yang banyak orang ingin hindari, abaikan, disalahpahami, dan kebanyakan tidak ditangani yang kemudian menyebabkan penderitaan pada manusia.
Mengenali dan menyadari bahwa kita sedang mengalami trauma itu adalah bagian terpenting. Karena ternyata trauma bisa ditolong, jika kita sadar bahwa kita memang sedang `sakit` dan butuh pertolongan. Paling tidak, diri kita sendiri lah yang menolong.
Ada beberapa metode healing yang diajarkan oleh para ahli psikologi di seluruh dunia. Namun, metode apa yang cocok, diperlukan test and trial. Salah satu metode healing yang akan saya ikuti beberapa hari lagi adalah self healing with DEPTH (Deep Psychology Tapping Technique). In syaa Allah nanti akan aku coba bagi bagaimana proses dan hasilnya di blog lendyagasshi ini..
Healing yang saya pelajari dari e-book seorang therapist trauma, Pak Suriyatno mengaakan bahwa ada 12 langkah yang bisa kita lakukan untuk menyembuhkan trauma. Dan langkah ini harus dilakukan secara berurutan dan kontinyu. Boleh juga dilakukan secara grup atau kelompok kecil.
Langkah 1 - Safety and Containment
Latihan : Menemukan Batasan-batasan Tubuh (Body Boundaries)
Latihan ini menggunakan beberapa cara yang tidak bisa saya jelaskan satu per-satu. Namun apabila ada yang membutuhkan infonya, bisa menghubungi facebook Peduli Trauma Support Center.
Langkah 2 - Berpijak dan Terpusat
Langkah 3 - Membangun Sumber Daya
Langkah 4 - Dari "Sensasi Yang Dirasakan" menuju Pencarian Sensasi-sensasi Spesifik
Langkah 5 - Mengikuti Jejak Aktivasi : Sensasi, Gambaran, Pikiran, dan Emosi
Langkah 6 - Pendulation: Mengikuti Jejak Ritme Ekspansi dan Kontraksi Anda
Langkah 7 - Respon Melawan : Agresi alamiah vs Kekerasan
Langkah 8 - Respon Lari: Melarikan diri alamiah vs Kecemasan
Langkah 9 - Kekuatan dan Daya Tahan vs Lumpuh dan Kalah
Langkah 10 - Melepaskan Ketakutan Dari Respon Tidak Bergerak
Langkah 11 - Orientasi : Berpindah Dari Lingkungan Internal Ke Lingkungan Eksternal dan Ikatan Sosial
Langkah 12 - Kembali Tenang dan Terintegrasi
Ternyata, tidak ada satu orang pun yang hidup tanpa trauma. Namun seringkali kita merasa abai dengan perasaan kita sendiri. Itu aku alamin saat ini. Luka yang terjadi di masa lalu cenderung (berusaha) aku lupakan dan lari dari masalah.
Denial.
Namun menurutku, itulah cara yang paling efektif untuk saat ini. Mungkin karena keengganan aku juga berkonsultasi dengan seorang psikolog.
Kembali lagi ke trauma anak-anak dari korban peristiwa besar tanggal 30 September. Dari sisi parenting, saya dapat menarik kesimpulan bahwa :
1. Keluarga tentara memiliki mental yang tegar
Istri dan anak-anak mungkin sangat trauma. Namun setiap memasuki bulan September, mereka mencoba untuk memaafkan dan tidak dendam atas perlakuan PKI terhadap keluarga mereka. Namun 1 hal yang keluarga korban minta yakni Jangan Melupakan Sejarah.
Sejarah ini memang luka yang dialami bangsa Indonesia saat itu. Perih.
Namun hikmahnya Indonesia menjadi negara yang tidak didomplengi oleh negara manapun yang berkepentingan tidak baik.
2. Ibu adalah posisi strategis keluarga
Bagaimanapun perihnya kejadian yang dialami oleh sebuah keluarga, Ibu haruslah setegar batu karang. Aku melihat betapa kuatnya seorang istri dari prajurit untuk melindungi anak-anaknya agar tetap bertumbuh menjadi anak-anak bangsa yang sehat dan bermanfaat.
Terbukti dari profesi yang digeluti anak-cucu para pahlawan revolusi saat ini adalah posisi terhormat di mata masyarakat.
3. Istri yang dengan tegas mendampingi suami
Aku salut dengan para istri-istri prajurit. Bukan satu atau dua kali saja mereka harus siap ditinggal meninggal oleh suami. Namun ribuan bahkan jutaan kali mereka menguatkan kepergian suami dalam membela dan mempertahankan tanah air dengan untaian doa.
MashaAllah,
وَلَا نُكَلِّفُ نَفْساً إِلَّا وُسْعَهَا وَلَدَيْنَا كِتَابٌ يَنطِقُ بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
“Dan Kami tidak membebani seseorang melainkan menurut kemampuannya, dan pada Kami ada suatu catatan yang menuturkan dengan sebenarnya, dan mereka tidak dizalimi (dirugikan).”
(QS. Al-Mukminun : 62)
Dan terakhir, aku ingin mengingatkan bahwa Sejarah Selalu Berulang.
Bukan tidak mungkin akan ada kekacauan besar seperti tahun 1965 kalau rakyat Indonesia masih mudah diprovokasi dengan berita-berita hoax. Jikalau kejadian sebesar itu tidak terjadi, namun esensinya bisa saja berulang.
Maka,
Jadilah pemuda-pemudi yang memegang teguh dien Allah subhanallahu wata`ala...
Jangan mudah mengikuti arus yang sedang menjadi trend. Karena belum tentu, banyak orang melakukan adalah pertanda perbuatan tersebut benar di mata Allah.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntungnlah orang yang asing”
(HR. Muslim no. 145)
Sekian tulisanku hari ini yang merupakan tulisan perdana membuka One Day One Post yang diadakan oleh Blogger Muslimah Indonesia.
Doakan aku istiqomah yaa...
Salam hangat,
Lengkap sekali mbak, jadi ingat kemarin ada teman yang bimbang antara mengizinkan anaknya nonton film ini atau tidak sebab meski sudah punya anak 3, dia masih trauma dengan film tersebut. Padahal nontonnya zaman dia SD...
ReplyDeletesaya pernah dengar tentang teknik healing juga bisa mengobati penyakit fisik ya mbak
ReplyDeletekarena di Aceh pernah konflik dan kekejamannya 11-12 dengan PKI, aku kalau nonton film PKI jadi ingat konflik di Aceh mbak. melihat kepala dipotong, kuping di potong, aaah, semua membuatku trauma
ReplyDeleteNgerii, dan efeknya luar biasa pedih. Semoga jangan sampai terulang, jangan, tetap damai. Aamiin. Bisa dilihat dari tahapan terapi yang banyak dan bertahap, tentu trauma nggak main-main. Semoga lancar healingnya, Mbak.
ReplyDeleteteh lendy...
ReplyDeleteaku jadi inget kasus hampir serupa di lumajang.
kasusnya sempat viral. yang "nyawa tak semahal tambang"
aku lupa nama orangnya.
ooh inget. salim kancil namanya.
kalau teh lendy gak tau, kuceritain sebentar boleh ya teh
singkat cerita, di kecamatan Pasirian yang dekat dengan pantai dan terkenal dengan pasir besinya itu, sering banget truk keluar masuk jalanan pasirian, sampai jalanan itu lubangnya besar2, gak pernah dibenerin.
ternyata, truk-truk yang dari perusahaan itu, setor duit ke pak kades di pasirian. setor duitnya lumayan banget. pokoknya penghasilannya per hari kurang lebih 90 juta. ya dari uang setoran truk-truk itu.
di sisi lain, petani2 dan nelayan2 yang merasa ada yang nggak beres, merasa dirugikan gara2 sawahnya jadi rusak akibat air laut menggenangi sawah (penambang itu ngambil pasir besinya deket sawah yang deket pantai).
ternyata memang ada yang nggak beres juga dari sisi pak kadesnya. pak kadesnya yang awalnya rumahnya biasa aja, eh tiba2 rumahnya jadi mentereng dalam sekejap. timbul kecurigaan. ternyata pak kades itu mafianya.
nah, salim kancil dan aktivitas lingkungan itu ada rencana untuk demo ke pak kades. eeeh, belum demo, rencana itu terdengar pak kades. pak kades lalu menyuruh anak buahnya untuk menghabisi orang2 aktivis itu.
salim kancil dan beberapa orang lainnya, diseret pake sepeda motor ke lapangan. di lapangan, para aktivis itu dijadikan bahan trek-trekan (tau kan teh?)
nah, di depan lapangan itu, persis ada sebuah SD. saat itu, masih pagi, kira-kira jam setengah 7 pagi. anak2 nonton kejadian itu teh, termasuk anaknya salim kancil dan juga pak kades. banyak yang trauma. banyak yang nangis.
sedih teeeeh
sedih banget
apalagi saat itu, saya dan teman-teman sedang mempersiapkan kegiatan kelas inspirasi, yang akan diselenggarakan serentak di seluruh kecamatan lumajang.
sedih teh
di saat kami ingin menginspirasi anak-anak untuk meraih mimpi-mimpinya, eh malah ada satu orang dan kroni-kroninya yang merusak mimpi anak-anak.
sedih teh
sediiiiih banget.
kemudian, satu bulan kemudian, saya dan beberapa teman komunitas, mendatangi sekolah tersebut, untuk ngasih trauma healing buat anak2. trauma healingnya sih sederhana, soalnya cuma dilakukan satu hari. tapi minimal, anak-anak bisa melupakan peristiwa salim kancil di lapangan itu, dengan kegiatan outbond seru menyenangkan yang kami adakan.
gitu teh
eh panjang ya
hahaha
Ya Allah....Rooss...
DeleteMau nangis aku dengernya.
Berdoa terus sama Allah supaya generasi-generasi ini menjadi generasi kuat, dijauhkan dari perilaku-perilaku buruk yang memenjarakan kebebasan orang lain...
aku belum sempat nonton film ini. dulu sempat nyari di yutup, tapi nggak ada.
ReplyDeleteterus pas disiarkan dua malam di tv, aku selalu ketiduran, hahaha
belum beruntunglah intinya buat nonton film G30s/pki
Saya kemarin juga nonton di YouTube.. baru sadar kalo durasi filmnya 3,5 jam hahaa.. pokoknya kalau saya sih "Jas Merah" mba walaupun sebenarnya masih belum jelas mana yg fakta dan mana yg hanya karangan sutradara... Saya sendiri juga pernah mengalami trauma namun untungnya cepat teratasi karena ngeblog hehe.. makanya sampai sekarang saya masih suka ngeblog walaupun waktunya udh gak kayak dl lagi
ReplyDeleteJujur amu masih gagal paham dengam film G30S/PKI.
ReplyDeleteTampak sekarang sudah ada pro dan kontra dulu gak.
Aku gak pernah nonton dari dulu2.
Jujur aku masih gagal paham dengam film G30S/PKI.
ReplyDeleteTampak sekarang sudah ada pro dan kontra dulu gak.
Aku gak pernah nonton dari dulu2.
Aku blm nonton sama sekali film ini. Pas masuk sekolah kan mulai revolusi. Mau nyari juga kadang lupa. Dari pelajaran sejarah di sekolah, aku tahu sedikit. Kalau nyoba nonton aku butuh teman kali ya. Gak tahan dg yg bau tembak2 kan, darah.
ReplyDeleteKalau trauma lain yg kualami, dikit2 kulawan Mbak biar lbh berani
Dulu jaman SD selalu disuruh nonton film ini lalu dibuat reviewnya. sakingudah hapalnya saya suka buat duluan hahahah.
ReplyDeleteBTW trauma itu emang berat penyembuhannya, tapi berhubung saya udah sering ngalamin kejadian berat biasanya cukup mencari waktu senggang untuk piknik dan bahagia
aku juga salut dengan para isteri para prajurit. sering sekali ditinggal, lama pula. masih mending ditinggal pendidikan, nah yang ditinggal perang? kasi 4 jempol untuk mereka
ReplyDeleteYa Allah, ngeri ya, mba.
ReplyDeleteItu sudah menjadi trauma bangsa. Makanya ngga ada yg mau terulang kembali. Naudzubillaah
Trauma ehehehe. Di kampus, aku belajar psikoanalisis. Dan perihal denial itu bener banget. Saat kita berusaha mengabaikan sakit atau perih yang kita alami, itu akan bertumpuk di alam bawah sadar kita. Tentu itu bukan merupakan sesuatu yang baik. Bisa meledak kapan saja. Sebetulnya hal yang paling sederhana kalau dari ilmu psikoanalisis sih ngobrol ya. Dengan orang yang tepat tentunya. Supaya beban-beban itu bisa berkurang dan syukur-syukur bisa menghilang. Peristiwa itu memang membekas sekali di memori masyarakat Indonesia :(
ReplyDeleteAku setuju sama Mas Tomi, jasmerah juga. Terlepas dari bagaimana kejadian yang sebenarnya, tapi tidak menutup fakta ada jenderal-jenderal yang terbunuh juga Ade Irma.
ReplyDeleteNgomongin trauma, aku mikir...aku punya trauma apa ya? Kok ga bisa ingat. Sepertinya sih ada, tapi kok memori itu enggak mau muncul sampai tulisan ini selesai dibaca.
Sejarah kelam bangsa kita memang berawal dari tahun 1965, dan semoga tidak terulang, aamiin
ReplyDeleteSama seperti yang aku bayangkan, mba. Dulu mungkin pas SD saya nonton acuh tak acuh, ngga ngerti kemana alurnya dan sejujurnya dulu ngga mgikuti cerita di filmnya.
ReplyDeleteSemoga sejarah kelam bangsa Indonesia tidak terulang, ya.
Terima kasih sharingnya luar biasa bermanfaat.
Menarik uraian dari sisi healing ini ternyata ya. Banyak info bermanfaat bisa dipetik.
ReplyDeleteAku pernah ikutan tapping yg online tp baru tau yg DEPTH ini. Barakallahu m istiqomah yaa
ReplyDeletehikss... saya aja trauma nonton film ini dan nggak mau nonton lagi
ReplyDeletebunda sangat tidak merekomendasikan anak-anak nonton film ini, khawatir mereka trauma
ReplyDeleteNgomongin trauma akan peristiwa ini jelas saja bagi sebagian orang trauma, dan gak ingin kejadian ini terulang kembali. Namun, yang tidak habis pikir, banyak orang-orang di jaman sekarang yang memanfaatkan "peristiwa tsb" utk menjatuhkan lawan politiknya, sekaligus untuk melenggangkan kekuasaannya. Tak jarang, mengobarkan kebencian yang telah lama padam dalam masyarakat, dengan taruhan keutuhan Negara ini.
ReplyDeletePerihal peristiwa ini pun sampai sekarang masih simpang siur, kebenarannya masih abu+abu, namun yang pasti sejarah harus terus diingat, seperti kata bung karno, JAS MERAH! Generasi muda harus tetap awas dan kritis dalam melihat sesuatu, jangan asal telah saja berita hoax yg belum tentu kebenarannya.
Dan harus menjadi generasi menolak lupa...
Hmmm.... Bisa jadi almarhum bapakku dulunya yg tentara..py rasa trauma yg cukup dalam. Pengabdiannya tak satupun diakui... Beliu jadi marah apabila diingatkan kejadian masa berperang tanpa diakui jasanya .. Malah dikucilkan..
ReplyDeleteFilm G30spki ini memang sih film kekerasan dimasa peperangan dulu. Bagaimana bangsa indonesia mati matian untuk membela bangsanya. Akan tetapi, apabila org melihat itu tentunya bahaya sih apalagi anak kecil bisa nimbulin rada trauma yg dalam tuh mba
ReplyDeleteAda yang bilang film ini bisa dijadikan pengetahuan bagi anak-anak, bahwa pernah ada orang-orang yang kejam kepada orang lain. Dan tujuan pemutaran film ini kembali,untuk mengingatkan jangan sampai mereka bangkit lagi.
ReplyDeleteDi sisi lain kekerasan dan kata-kata kasar gak baik juga bagi anak-anak.
Teh Lendy, kira-kira dimana saya bisa belajar tekhnik healing untuk menyembuhkan trauma ya? Soalnya Saya trauma sama harapan palsu *eh maksudnya ada trauma yang ingin disembuhkan dari kesedihan masa lalu Teh *malah curhat* wkwwwk
ReplyDeleteAda acara DEPTH, Wid...
DeleteTapi yang ikut ((kayanya kebanyakan)) emak-emak.
nanti kalau ada lagi aku kabari yaa...
Atau mau coba ikut yang besok ini, tgl 8 Oktober??
Jujur aku blm pernah nonton film G30SPKI, entahlah masih ragu dgn dampaknya, krna aku sedkit penakut.
ReplyDeleteTp bnar jgn pernah melupakan sejarah, krna kita bisa menikmati kemerdekaan adlah berkat jasa para pahlawan. Info ttg trauma theraphy ny lengkap mbak len, semoga bermanfaat bgi yg btuh infonya.
Saya jg salut dgn istri tentara
ReplyDeleteMereka sdh disiapkan lahir batin untuk jd wanita yg kuat, tegar dan tabah
Duh..film pengkhianatan G30S/PKI benar benar bikin hati dan jiwa sy lsg tertanam jika PKI jahat dan tidak boleh dibiarkan ada di negara ini
"Dan terakhir, aku ingin mengingatkan bahwa Sejarah Selalu Berulang."
ReplyDeletebetul, teh.
makanya penting banget mempelajari sejarah...
tapi aku pasti ngantuk kalo baca sejarah, huhuhu #selfkeplak
Jujur nonton pilm itu saya masih bingung knp smpai ada konflik demikian. Padahal indonesia udah susah2 merdeka eh malah akhirnya lawan bangsa sendiri
ReplyDeleteIya...karena di provokasi dengan bangsa lain.
DeleteSimplenya, karena kemerdekaan kita ini tidak sepenuhnya milik bangsa. Ada bangsa lain yang berkepentingan di atasnya.
Yaah, begitulah nasib negara baru.
Teh, artikelnya bagus.
ReplyDeleteInsya Allah bermanfaat buat pembaca :)