Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Konsep Gender Pada Usia 0-7 Tahun

Bismillah,



Bergabung dalam sebuah komunitas yang jaringannya sudah tersebar di seluruh dunia itu menurutku itu perlu banget. Apalagi Ibu-ibu muda yang saat ini hidup di jaman penuh kemudahan dalam mencari dan menyerap informasi, maka dengan bergabung di Institut Ibu Profesional, aku menempa diri untuk selalu mengikuti dan menikmati langkahku sebagai seorang Ibu.

Beres di satu kelas pertama (Matrikulasi) dan naik ke kelas berikutnya (Bunda Sayang), ini menandakan bahwa Institut Ibu Profesional benar-benar memiliki komitmen dalam meng-upgrade ilmu di bidang kerumahtanggan dan pendidikan anak.


Tugas di kelas Bunda Sayang kali ini adalah berdiskusi dengan tema :

Membangkitkan Fitrah Seksualitas pada Anak



Karena tugas hari ini dipresentasikan oleh kelompok One Eleven, maka kami boleh bertanya sekaligus tulisan ini dibuat berdasarkan hasil diskusi yang kami lakukan di dalam kelas (wag) malam ini.

Fitrah adalah keadaan yang dihasilkan dari penciptaan dan telah ada sejak lahir, serta tidak berubah.
Sedangkan Fitrah Seksualitas bermakna bagaimana cara seseorang berpikir, merasa, dan bersikap sesuai dengan fitrahnya. 
Bila ia laki-laki, maka akan bersikap dan berperilaku seperti layaknya laki-laki sejati, dan bila ia perempuan juga akan berperilaku seperti perempuan sejati.

Jika anak keliru dalam berpikir, merasa dan berperilaku, maka inilah yang disebut dengan penyimpangan seksualitas.
Bisa jadi tomboy, kemayu, dan seremnya lagi, masuk dalam kategori LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender). Saat ini, penyimpangan seksual sebenarnya tidak hanya terkurung dalam 4 kategori ini, ada 6 penyimpangan lain yang perlu sahabat lendyagasshi ketahui, yaitu :


Q - queer
Awalnya istilah ini digunakan sebagai bentuk dari rasa kebencian. Kata yang bisa digunakan sebagai pernyataan politik dan menunjukkan orang tersebut tidak mau diidentifikasi sebagai gender yang bisa dipasangkan.
Misalnya, laki dan perempuan, homoseksual dan heteroseksual, atau mereka yang tidak mau diberi label berdasarkan orientasi seksual mereka.

Q - questioning
Seseorang yang masih mengeksplorasi identitas gender dan orientasi seksual.
Istilahnya, masih ragu-ragu...ia sebenarnya laki-laki atau perempuan. Suka sesama jenis atau lawan jenis. Semua masih membingungkan bagi mereka.

I - intersex
Orang yang tubuhnya jelas bukan laki atau perempuan. Ini karena mereka memiliki kromosom yang bukan XX atau XY atau karena alat reproduksi mereka bukan dikategorikan sebagai 'standar'.

A - allies
Seseorang yang mengidentifikasi dirinya sebagai heteroseksual namun mendukung komunitas LGBTQQIAAP.

A - asexual
Orang yang tidak tertarik secara seksual kepada gender apa pun.

P - pansexual
Orang dengan ketertarikan seksual yang bukan berdasarkan gender dan bisa mengkategorikan dirinya ke gender atau identitas seksual apa pun.


Membingungkan yaa?
Yaah...apapun itu, yang penting kita mesti waspadai ke anak keturunan kita, semoga selalu dilindungi dari bahaya penyakit penyimpangan seksual di atas.


Penyimpangan ini mungkin terjadi karena beberapa hal yang tidak terpenuhi dalam sebuah keluarga, diantaranya :

kedekatan dan kelekatan.

Anak-anak yang tercerabut kelekatannya dari usia dini maka akan mengalami gangguan kejiwaan, perasaan terasing, perasaan kehilangan hingga lebih parahnya menderita depresi.
Bukan tidak mungkin di kemudian hari ia akan mengalami masalah sosial dan seksualitas, seperti contoh di atas.


Maka gunakan mantra sakti :
Banyak ngobrol bareng
Banyak main bareng

Agar bisa membuat visi dan misi keluarga.
Karena jika sudah menjadi ayah yang diperlukan adalah solusi untuk mengembalikan konsep diri anak.



Penguatan Konsep Gender dengan cara :


1. Mengenalkan kemudian menguatkan konsep gender.
Dari mulai bayi usia 6 bulan, anak sudah mulai mengenal mana suara Ayah dan Ibunya. Sehingga dikuatkan dengan panggilan. Ayah dan Ibu.



2. Memahami peran sebagai laki-laki dan perempuan.
Peran di sini artinya adalah kegiatan selama di rumah. Anak-anak akan terbiasa meniru kegiatan orangtuanya. Jika anak perempuan, pasti meniru Ibunya saat menyapu, membereskan rumah, mencuci piring, dan lain-lain. Sedangkan anak laki-laki akan terbiasa melihat aktivitas ayahnya yang berkaitan dengan memasang bohlam lampu, membetulkan barang elektronik yang rusak, dan sebagainya.



3. Membiasakan anak sesuai dengan gendernya.
Anak dibiasakan untuk mengambil keputusan dengan memilih apa yang akan dimainkan, bermain di mana, dan dengan siapa saja. Tentu ini perlu diarahkan, karena kebiasaan anak bermain dengan yang bukan gendernya akan menyebabkan anak misinterpretasi akan fitrah seksualitasnya.



Dengan tantangan orangtua saat ini yang ada, seperti para artis dengan perilaku menyerupai perempuan dengan fisik laki-laki dan ini berbalut acara komersial di televisi dengan jumlah penonton dan follower yang banyak, maka hal ini tidak dianggap aneh lagi. Malah menjadi sbuah tontonan menarik untuk segala usia. Padahal tontonan semacam ini yang mampu mengaburkan pendidikan seksualitas pada anak.

Belum lagi asesoris yang digunakan para public figure ini, seperti gelang, kalung atau anting, yang kita tahu biasanya digunakan oleh perempuan, kini bisa digunakan laki-laki juga. Dengan dalih entertainer, keren dan lain-lainnya.

Jadi bagaimana solusinya?

1. Mengenalkan anggota tubuh sesuai namanya.
Menyebut bibir, mata, telinga, tentu akan biasa saja. Maka samakanlah saat menyebut payudara, vagina ataupun penis pada anak. Tentu hal ini disesuaikan dengan jenis kelamin anak, agar mereka paham dan tidak tabu.


2. Menanamkan rasa malu
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ لِكُلِّ دِيْنٍ خُلُقًا وَخَلُقُ اْلإِسْلاَمِ الْـحَيَاءُ.

Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak Islam adalah malu.


3. Mengajarkan anak cara bersuci yang benar
Dari mulai bayi, Ibu selalu mengajarkan cara bersuci yang benar setelah berhadats. Mungkin memang benar anak bayi belum paham apa maksud perkataan Ibu, namun bayi bisa memahami pola dan rutinitas yang Ibu lakukan.


4. Berpakaian sesuai gender
Berpakaian erat sekali dengan pasangannya, yaitu asesoris. Membiasakan anak-anak memilih model dan warna serta asesoris yang sesuai gendernya.


5. Role-play atau Bermain peran
Permainan yang sangat disukai anak adalah ketika ia ingin menjadi sesuatu atau yang biasa kita sebut dengan role-play. Ketika anak perempuan ingin menjadi Ayah, maka dampingi dan beri pengertian bahwa ia perempuan, maka tidak mungkin menjadi ayah, karena Ayah adalah sosok lelaki.


6. Membangun sisi feminis (pada anak perempuan) atau maskulin (pada anak laki)
Ini penting sekali mengingat tontonan jaman sekarang yang kurang edukatif. Maka yang wajib menanamkan karakter ini adalah kedua orangtuanya.
Anak perempuan usia 0-5 tahun perbanyak dekat dengan Ibu, namun 5-7 tahun, dekatkan dengan Ayahnya. Agar anak perempuan ini mampu mengisi ruang-ruang kosong di hatinya.


7. Mengenalkan gender keluarga
Ayah adalah laki-laki sedangkan Ibu adalah perempuan. Lalu berlanjut ke kakek, nenek, paman, bibi, dan seterusnya.



8. Memisahkan tidur anak
Sesuai dengan hadits Nabi sholallahu 'alaihi wa sallam,

مُرُوا أولادكم بالصلاة وهم أبناءُ سبع سنين، واضربوهم عليها وهمأبناءُ عشر سنين؛ وفرَقوا بينهم في المضاجع

"Perintahkan anak-anak kalian shalat pada usia 7 tahun, pukullah mereka jika meninggalkannya pada usia 10 tahun dan pisahkan di antara mereka tempat tidurnya."

(HR. Ahmad dan Abu Dawud, dihasankan oleh An Nawawi dalam Riyadhus Shalihin dan Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud)

Untuk anak dengan jenis kelamin berbeda, maka pisahkan kamar mereka. Namun untuk anak dengan jenis kelamin sama, bisa dengan memisahkan selimut mereka saja sejak dini.

Namun alangkah lebih baik jika anak-anak memiliki kamar tersendiri untuk menjaga privacy masing-masing.


9. Melatih anak berkata tidak
Ini tentu tidak mudah, karena fitrah anak-anak adalah di saat mereka menerima kebaikan, maka mereka akan menuruti kemauan sang pemberi kebaikan.
Jadi,
mulailah membiasakan anak untuk berkata "tidak" pada orang asing yang baru ditemui di jalan atau di tempat baru.



Video di atas bisa menjadi inspirasi untuk mengajarkan anak tentang bagian mana saja yang boleh disentuh dan bagian tubuh mana yang tidak boleh disentuh dan belajar untuk berkata tidak serta menceritakan segala yang dialami kepada orangtua.


Berat yaa...tugas menjadi orangtua...
In syaa Allah semua tentu dikembalikan lagi pada Allah.
Semoga Allah menjaga selalu dengan sebaik-baik penjagaan.
Aamiin.


Sekian rangkuman materi dari presentasi kelompok One Eleven yang disampaikan oleh mba Sukeng Nadia, Ummi Haajiroh, Iffa Ashshidqa, Wita Maulida, Tamiadian, Mimi DuoK, Dian, š¥ď.


Bonus : E-Book Printable Games Mengenal Seksualitas pada anak, silahkan di download yaa...




Semoga bermanfaat.

Salam hangat,


38 comments for "Konsep Gender Pada Usia 0-7 Tahun"

  1. Wah baru tahu, makasih sharingnya

    ReplyDelete
  2. Jadi dari kecil harus ditegaskan tentang jenis kelamin anak itu sendiri ya, Mba. Kalau laki2 sediakan fasilitas dan didik sebagai anak laki2. Pun sebaliknya untuk anak perempuan.

    Tengkiyu informasinya, mba.

    ReplyDelete
  3. Anakku cowok cewek nih mbak, tapi yang cewek lbh sangar ketimbang yg cowok. Sbnrnya seneng liat dia kyknya lbh mandiri, berani, dll, tapi kyknya kudu diajarin bener kodratnya sbg perempuan sejak kecil ya...
    TFS

    ReplyDelete
  4. Ini bisa jadi penangkal kekerasan seksual pada anak juga. Jadi anak sudah tau mana yang boleh, dan tidak boleh disentuh orang lain. Kalau dilanggar, dia tidak takut untuk lapor ke orang tua atau yang lain.

    ReplyDelete
  5. Di tengah maraknya LGBT. Tulisan ini mencerahkan sekali. Anak tertuaku baru 7 thn dan adik2nya baru mulai ku ajarkan soal gender ini

    ReplyDelete
  6. Betul mbaa, saya juga tergabung dalam komunitas iip. Membantu banget dalam pengasuhan. Ilmu yg tidak ditemukan di bangku sekolah.

    ReplyDelete
  7. Memang jadi orang tua nggak ada manualbooknya ya mba..ya mengacunya ke alquran yg sudah dengan jelas mengatur. Semoga anak2 kita terhindar dr lgbt dan segala bntuk penyimpangan lainnya

    ReplyDelete
  8. intinya menghabiskan waktu bersama dalam mantra sakti itu sangat berguna untuk tumbuh kembang anak
    saya pernah baca juga, anak yang sedang makan bersama ayahnya lalu berdiskusi, itu menaikkan IQ anak. walaupun saya masih ragu,ternyata figur ayah sangat penting

    ReplyDelete
  9. anakku suka banget bermain peran sama teman2nya dan dia suka menjadi ibu. alhamdulillah, diusinya yang 3 tahun ia sdh paham tentang perbedaan gender

    ReplyDelete
  10. Tulisan yang sangat menginspirasi terutama ketika aaya sedang mencari bahasan tentang LGBT. Memang sih Mbak Lendy, semuanya kembali lagi ke orangtua sebagai tempat pertama bagi anak untuk mendapatkan pendidikan. Namun, jangan lupakan juga faktor lingkungan, seperti bagaimana hubungan antara anak dengan teman-temannya. Karena meski kita sudah mencoba mendidik akan dengan metode, tidak mungkin semuanya dididik dengan benar. Harus banyak berdoa pada Allah.

    ReplyDelete
  11. Makasih banyak sharingnya Lndy, duh memang bener penting banget mengenalkan gender sejak kecil kepada anka-anak. nak-anakku pun kebetulan beda jenis kelamin dan memang sjeak kecil dibedakan baik dari pakaian dan mainannya. Ayahnya pasti melarang si Aa yang laki-laki bermain boneka milik adiknya. Yang belum saya lakukan pisah tempat tidur nih, soalnya kami masih bed sharing, si Aa belum mau tidur terpisah dari ortunya.

    ReplyDelete
  12. Terima kasih mbak, tulisannya bermanfaat sekali.. Zaman sekarang marak sekali lgbt ini, ternyata perilaku orang dewasa ini juga tergantung dengan pembelajaran konsep gender sejak kecil ya.

    ReplyDelete
  13. bener banget anak sering banget menirukan peran yang dilihat. Ponakan saya sering menirukan neneknya kaya nyapu dan sejenisnya. Padahal umurnya masih 2 tahunan. Memang sih sedari dini kita harus mengajarkan hal hal sesuai dengan gendernya misalnya laki laki harus diajarkan cara bermain laki laki dan berteman dengan laki laki juga biar gedenya tidak menyimpang.

    yang udah udah kalo tidak diawasin dan bebas bermain campur dengan beda gender malah jadi penyimpangan sosial banget.

    ReplyDelete
  14. Serem lah kalo ngomongin penyimpangan sexual gini. Semoga anak2 kita semua terhindar ya. Mumpung msh kecil, aku jg selalu berusaha membangun kedekatan dan kelekatan. Semogga itu bs menjaga mereka utk hidup di jln yg lurus

    ReplyDelete
  15. Nah, emang ga gampang jadi orang tua ya,hiks butuh ilmu dan sharing2 seperti begini Len. Makasih banget..
    Semoga kita semua bisa mendidik anak dengan selayaknya sesuai dengan aturanNya.

    ReplyDelete
  16. Senang sekali kalo bisa gabung komunitas semacam ini, jd bisa dapat informasi dengan mudah. Peran ortu dan lingkungan sekitar sangat mempengaruhi kataku mah

    ReplyDelete
  17. Bagus sekali mba tulisannya, bermanfaat. Saya juga sedang mempraktekkan hal2 seperti ini. Dan anak juga sudah sering menghias kamarnya dengan sentuhan yang girly gitu. Walaupun tidur skrg masih sama ayah bundanya.

    ReplyDelete
  18. Berat ya, semoga kita semua dimudahkan... Alhamdulillah semua udah dipraktikkan...

    ReplyDelete
  19. seram banget LGBT dan tambahannya lainnya itu ya
    semoga anak anak kita dijauhkan dari semua itu
    memang konsep yg kuat dari pola asuh harus ada
    jangan sampe saking banyaknya perempuan di rumah...anak laki laki jadi manja dan kemayu
    begitu pula sebaliknya
    semua harus bersikap, berperilaku dan dididik sesuai kodrat mmereka

    ReplyDelete
  20. Dunia semakin menakutkan ya ..kasihan anak-anak kita kalau tidak dibekali ilmu yang mumpuni.
    Benar sekali, kata Teh Lendy, sering berbicara, sering bermain dengan anak. Supaya menciptakan bonding. Kalau sudah dekat, bisa lebih mudah mengarahkan.

    ReplyDelete
  21. Yang di sampaikan oleh mbak Lendya menurutku sangat tepat tepat. Agar kelak tat kala anak dewasa nanti tdk gagal paham terhadap kodratnya. Bila ia laki2 maka sudah sepatut nya ia bersikap dan berpirulaku laki2. Bukan sebaliknya.
    Hal ini tentu di mulai sejak dini. Termasuk tdk memberikan mainan nak cewek ke anak laki2 dan sebaliknya.

    ReplyDelete
  22. Ini salah satu PR jadi orang tua, nih. Aku mengenalkan gender ke Al pakai media buku. Tapi agak kurang setuju kalau gender diwakilkan dengan warna tertentu.

    ReplyDelete
  23. Thanks for sharing ya kakak Lendy :)

    ReplyDelete
  24. Asiknya jadi ibu-ibu jaman now seperti sekarang ini ilmu dan informasi udah banyak di mana-mana ya mba, tinggal kitanya yang harus mau terus belajar.. Bener ya mba sejak dini konsep gender itu memang harus ditegaskan pada anak-anak demi masa depannya

    ReplyDelete
  25. Dari usia setahun udah bilang sama anak bahwa kamu laki-laki..., Setiap bermain..saya selalu berikan mainan...laki dan berteman dgn laki2... #parnoan sih

    ReplyDelete
  26. Keren uaksannya..
    Setuju sama point terakhir anak harus berani katakan tidakk. Dan jangan luoa juga ajarin bagun tubuh yang tidak boleh disentuh orang lainnn...

    Makasih Mbak Len. Lumayan buat tabungan ilmu

    ReplyDelete
  27. Penting banget memang mbak mengenalkan konsep gender ke anak-anak. Terkadang hal ini sering diremehkan bahkan sama sekali dikesampingkan dengan orng tua zaman now, karena menurutnya anak dari kecil bebas memilih. Tapi di sanalah fatalnya, tuh seperti masalah yang banyak terjadi sekarang. Untung ada solusi yang bermanfaat dari mbak hehe

    ReplyDelete
  28. Tugas berat ibu mengenalkan anatomi anak terutama perbeedaan alat reproduksi dan tentu hal yang dilarang bagi mereka. Penanaman pengertian konsep pria dan wanita membuat anak semakin paham kodratnya sehingga bisa menjadi benteng dari segala prilaku menyimpang dan kejahatan seksual.

    ReplyDelete
  29. Teteh gambarnya rada pecah ya...

    Ini tugas berat banget rasanya ya sekarang teh. Tapi harus semangat demi kebaikan anak...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa...padahal ga dikompres.
      Kalau mau, aku kirim via wa mba Dew...

      Delete
  30. hmmmm,,, ilmu ngurus anak kalo d tilik lagi bener-bener susah susah gampang juga ternyata ya mbak,.
    Tapi demi generasi masa depan ya tetap semangad lah, edukasi tanpa henti :D

    ReplyDelete
  31. Bismillah semoga saya bisa belajar banyak untuk mendidik anak-anak kelak.
    makasih ilmunya mba Len.

    ReplyDelete
  32. mba kebetulan saya baru gabung IIP di program matrikulasi Batch 5. melihat teman-teman IIP pada pinter-pinter gini saya jadi makin semangat buat ngikutin materinya, InsyaAllah program matrikulasi batch 5 dimulai senin nanti...

    ReplyDelete
  33. mba kebetulan saya baru gabung IIP di program matrikulasi Batch 5. melihat teman-teman IIP pada pinter-pinter gini saya jadi makin semangat buat ngikutin materinya, InsyaAllah program matrikulasi batch 5 dimulai senin nanti...

    ReplyDelete
  34. Aku masih suka naik kursi pasang dan ganti lampu neon di kamar. Tapi bukan berarti aku ke-cowok-cowok-an. Pun masih suka pake celana panjang karena kalau pake gamis atau rok malah keliatan makin pendeknya. Eh tapi aku masih suka dandan kok hehehehe

    ReplyDelete
  35. Bermanfaat banget lho sharing-nya tentang gender & seksualitas untuk anak, mbak. Apalagi di dunia barat beberapa tahun belakangan mulai marak orang-orang yang "bingung" dengan seksualitasnya sendiri


    Btw kalau tertarik dengan Institut Ibu Profesional bisa cari informasinya di mana ya mbak?
    Kok seru banget keliatannya, jadi tertarik untuk gabung :D

    ReplyDelete
  36. Penting banget ya membuat anak paham untuk menjaga dirinya.
    Semoga anak-anak kita selalu dijaga dari segala marabahaya.

    ReplyDelete