Kelebihan dan Kekurangan Anak Puasa dengan Reward
Bismillah,
Pengasuhan tanpa reward, memang bisa?
Hola sahabat lendyagasshi.
Pernah ada di masa anak-anak puasa kudu dikasih hadiah atau reward?
Sebenernya, kalau boleh jujur, anak-anakku gak ada yang aku ajarin buat dapet hadiah karena puasa. Entah kenapa yaa.. sedari sebelum PAUD, anakku yang pertama kalau diajakin puasa malah dengan senang hati.
Kalau ditanya, "Kakak gak laper? Gak haus?"
Jawabannya ya standar, "Lapar dan haus.." tapi gak sampai yang pingin buka puasa di tengah jalan gitu.. Kecuali kalau sedang sakit. Ini biasanya kasian sih kalau uda dituntut "wajib" shaum Ramadan.
Plus minusnya adalah sampai saat kakak SMP saat ini, barakallahu.. atas ijin Allah, kakak selalu puasa Senin-Kamis tanpa putus dari SD kelas 1. Kalau kelewat sahur, mungkin karena emaknya yang lagi gak bisa bangun sahur, kakak beneran shaum dalam keadaan gak makan.
Alhamdulillah,
Kebiasaan ini kakak bawa sampai SMP.
Kebiasaan ini kakak bawa sampai SMP.
Puasa terus menerus kok ada minusnya?
Ada.
Ada.
Kakak jadi punya pemikiran yang strict atas makna sebuah niat.
Hal ini aku tahu ketika baru-baru ini kami ngobrol ringan tentang PAKET kirim makanan.
Jadi ceritanya.. di mahad tempat kakak menimba ilmu tuh awalnya diperbolehkan orangtua mengirim makanan via ojek online. Setiap hari. Mau hari puasa sunnah atau tidak.
Namun, sejak semakin seringnya pengiriman makanan dari luar ini, mungkin bikin anak-anak jadi males sama makanan mahad yaa.. Jadi, sama Ustadzahnya dibatasi. Hanya boleh mengirimkan makanan ketika ananda-nya menjalankan puasa sunnah.
Dan karena alasan ini, banyak temen satu asrama kakak yang mendadak jadi shaum, padahal sebelumnya gak pernah shaum. Jadi kakak mempertanyakan kepadaku, "Kalau kayak gitu, berarti niatnya uda gak bener kan yaa, Mah?"
Aku mencoba memposisikan diriku sebagai anak seusia kakak.
Aku jawab dengan "Iya juga yaa, kak.. Jadi sebaiknya gimana tuh, Kak? Kan gak semua temen kayak kakak yaa.. yang uda terbiasa shaum."
Lalu kakak bilang "Ya, semuanya kembali lagi ke niatnya sih, Ma.."
Owh okey...
Dari sini aku bisa bilang kalau kakak sudah paham makna niat. Dan niat ini bukan hanya di awal, tapi di pertengahan hingga akhir pun kudu lurus, lillahi ta'ala.
Semoga Allah jaga selalu fitrah baikmu yaa, shalihaat...
Kalau kisah adeknya, Hana.. anaknya gak kayak kakak banget.
Meski pengasuhannya sama, Hana ini tumbuh menjadi anak yang paham banget sama kemampuan dirinya. Dia gak perlu jadi orang lain dan kalau dia mau, dia lakukan. Kalau engga, berarti dia punya alasannya sendiri.
Ini aku hargai banget siih..
Jadi, waktu lihat kakaknya rajin shaum dari kecil, dia juga berusaha mengimbangi. Meski dengan banyaknya drama. Yah, namanya anak kedua yaa.. ngerasa kudu ngikutin kakaknya, ngerasa punya role model, tapi dia anak bungsu. Jadi ada manja-manjanya.
Lalu kalau Hana apakah seperti kakak gak pakai reward?
Hana ternyata sedikit berbeda. Dia memang gak minta reward, tapi jelang berbuka biasanya suka ada permintaan. Misalnya "Mah, hari ini pingin buka puasa sama roti."
Nah, hal-hal kecil seperti ini mungkin bisa dikatakan reward of this day yaa..
Positifnya, Hana belajar menghargai segala jenis usaha yang dia lakukan. Kalau pun misalnya apa yang diinginkan gak terpenuhi meski ia sudah menjalani shaum, dia gak begitu sedih, karena ini bukan janjian sejak awal, hanya sekedar memberi ide.
Dari kedua anakku, aku jadi bisa menyimpulkan beberapa hal terkait reward, yakni..
Kelebihan dan Kekurangan Memberikan Reward Saat Puasa pada Anak
Selalu ada konsekuensi dari setiap pilihan pengasuhan yang dilakukan yaa..
Aku sendiri tumbuh di keluarga dengan iming-iming atau reward setiap apapun yang aku lakukan. Hal yang paling gak terlupakan adalah aku ingin naik pesawat. Karena di waktu itu, naik pesawat adalah sesuatu hal yang mewah yaa..
Sebelum Ibu memberikanku tiket pesawat, aku diminta untuk dapat ranking 3 besar. Karena waktu itu ada salah satu maskapai yang memberikan potongan harga bagi yang bisa menunjukkan bukti nilai raport dengan ranking 3 besar.
Alhamdulillah, aku berhasil memenuhi dan akhirnya terbang ke Lombok dari Surabaya.
Kenapa memilih Lombok?
Kenapa memilih Lombok?
Karena ada sepupu aku tinggal di sana. Adeknya Bapak rahimahullah punya rumah di Lombok, jadi sekalian nitip aku buat diasuh ama om, hehehe..
Jadi, uda keliatan yaa.. Anak-anak yang tumbuh dengan pengasuhan reward ini...
Memiliki kemauan yang keras untuk mendapatkan reward
Tumbuh menjadi anak yang pantang menyerah, kalau semisal gagal dan rewardnya masih berlaku, maka ia akan terus mencoba sampai berhasil
Menjadi lebih percaya diri
Anak-anak belajar bertanggung jawab bahwa di dunia ini ada reward dan punishment
Allah sendiri pun memberikan reward kepada hambaNya ketika melakukan apa yang Allah perintahkan dan menjauhi larangaNya, seperti yang tertuang dalam Al-Qur'an,
فَاٰتٰىهُمُ اللّٰهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ الْاٰخِرَةِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ
Artinya :
"Maka, Allah menganugerahi mereka balasan (di) dunia dan pahala yang baik (di) akhirat. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan."
(QS. Ali-Imran : 48)
Kekurangan anak yang pengasuhan selalu ada reward :
Semangat menjadi turun saat tidak ada reward
Menurunnya percaya diri anak
Sering protes atau menuntut sesuatu
Sebenarnya, reward bisa jadi besar atau kecil, tergantung kemampuan sang orangtua. Kalau pun ada reward tanpa ada kesepakatan di awal, menurutku ini lebih bijak agar anak tidak menggantungkan sesuatu berdasarkan dia akan dapat apa, tetap berdasarkan kewajiban dan tanggung jawabnya.
Kalau masih anak-anak apakah bisa tanpa reward?
Menurutku, bisa-bisa aja sih..
Tapi ini gak saklek yaa... tergantung bagaimana cara kedua orangtuanya mengajarkan kepada anak makna reward itu sendiri.
Kalau sedari awal dibiasakan, maka anak akan memahami pola pengasuhan kedua orangtuanya. Tapi kalau tidak dibiasakan, bisa jadi anak-anak pun memiliki pandangan yang berbeda mengenai reward ini.
Tapi yang perlu ditekankan adalah bahwa kondisi ini gak bisa selalu statis.
Yang namanya reward adalah bentuk tanggung jawab orangtua kepada anak juga.
Yang namanya reward adalah bentuk tanggung jawab orangtua kepada anak juga.
Jadi sebisa mungkin, reward yang diberikan pun realistis, sesuai dengan usia anak dan tidak memaksakan diri bagi orangtua. Penting untuk mengajarkan anak qonaah, tidak berlebih-lebihan dan belajar bersyukur dengan apa yang sudah diperoleh.
Solusi ketika anak tidak dijanjikan reward bukan berarti "Yaudah laa.. "
Tapi bisa digantikan dengan memberikan apresiasi atas kebaikan yang telah dilakukannya dengan cara yang lain. Bisa melalui kata-kata, pelukan atau sama-sama membuat pohon kebaikan di rumah.
Jadi, tampak nyata bahwa ananda telah melakukan sebuah proses yang diiringi usaha.
Sekian berbagi kisah dengan tema "Anak Puasa Kasih Reward?" dari #KEBerbagiCeritaRamadan.
Semoga bermanfaat.
Happy Ramadan 1445 H.
#KEBerbagiCeritaRamadan
#Day4
Salam hangat,
Memberikan reward saat anak berhasil puasa itu wajar aja yaa selama hadiahnya masih relatif normal, misalnya snack kesukaanya buat takjil. Beda kalau rewardnya gadget atau mainan mahal, enggak duluu deh.
ReplyDeleteGood reeading your post
ReplyDelete