Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

[Resume Kompas TV Live] Gerakan 1821 Abah Ihsan : Matikan Gadget Dan Peralatan Elektronik



Sudah pernah dengar Gerakan 1821 kan...yang sekarang tengah menjadi perbincangan publik dan menjadi viral di mana-mana. Bahkan para petinggi daerah pun, sudah mulai menerapkan Gerakan ini demi mendekatkan hubungan orang tua dan anak.

Bisakah Gerakan 1821 mendekatkan hubungan orang tua dan anak?
Padahal hanya dengan 3 jam dalam sehari.

Kok bisa?

Kompas,
mengundang Abah Ihsan Ibn Baihaqi dalam acara Sapa Indonesia Siang.
Selama 1 jam bakal ngobrolin Gerakan 1821 dan berbagai permasalahan yang sering dihadapi orangtua dalam mengasuh anak.





Jaman yang sudah semakin maju, segala kebutuhan ada dalam genggaman.
Ingin makan, tidak perlu bersusah payah keluar rumah, tinggal ambil HP dan pakai aplikasi G*Jek, maka makanan pun tersedia dalam hitungan menit. Tidak lelah sedikitpun dan hemat biaya transportasi. Namun, mirisnya...gadget ini bak pisau bermata dua.

Bagaimana tidak?

Saat kita ingin anak-anak menurut dengan tidak banyak bermain yang membutuhkan perhatian ekstra orang tua, gadget hadir bak seorang baby-sitter, yang menawarkan jasa penjagaan anak untuk tidak berlari ke sana-ke mari dan bereksplorasi di lingkungannya.


Kabar baiknya, anak akan diam di tempat dan tidak akan mengganggu pekerjaan para stay at home-mommy.

Mau dengar kabar buruknya?

Kabar buruknya adalah anak menjadi cuek, acuh terhadap lingkungan, kesulitan untuk fokus, menjadi mudah marah dan lebih parahnya lagi...bahkan mampu menghambat tumbuh kembang anak.

Serem kan kalau anak sudah kecanduan begini...

Anak-anak dengan tingkat ketergantungan tinggi terhadap gadget adalah anak-anak BLAST.
Boring
Lonely
Angry (Afraid, Anxious) 
Stress
Tired


Mengapa?
Lihatlah perilaku anak yang biasa diberi gadget ketika usia di bawah 5 tahun, apalagi. Ketika tidak diberi gadget atau bahkan tidak ada, ia akan menjadi anak-anak yang mudah bosan, gelisah dan seperti anak yang bingung tidak tahu harus berbuat apa.

Anak-anak seperti ini biasanya adalah anak yang lonely. Kesepian. Tidak ada yang menemani untuk bermain atau orang tua nya terlalu larut dengan kesibukannya sendiri.

Setelah merasa bosan karena kesendirian, mereka akan menjadi anak-anak yang mudah marah. Bisa menjadi anak yang mudah takut secara berlebihan.

Anak-anak yang terlalu lelah (tired) dan stres adalah sasaran gadget berikutnya. Mereka melepas lelah dengan bermain dan browsing secara berlebihan.

Zaman dahulu, anak-anak BLAST ini belum ada. Karena anak mudah bersosialisasi dan bermain bersama teman-teman di luar rumah. Belum lagi beban sekolah zaman dahulu tidak seperti saat ini dengan ketidak jelasan kurikulum.


Baca juga : [Resume] Fenomena Perubahan Perilaku Pada Anak.



Maka,
Gerakan 1821 ini hadir untuk menghindarkan anak dari BLAST.




Penyakit orang tua, meskipun sudah pulang kerja, tapi yang dipegang tetap gadget. Hal ini mengurangi waktu kebersamaan dengan anak. Maka salah satu alternatifnya adalah melaksanakan Gerakan 1821.


Gerakan 1821 ini adalah salah satu cara, bukan satu-satunya untuk memfokuskan hubungan anak dengan orang tua.

Walaupun hanya berlangsung selama 3 jam, gerakan ini diharapkan mampu membangun interaksi positif kepada anak, agar anak lebih terpengaruh oleh orang tua, bukan pada teman apalagi lingkungan.

Apa saja yang bisa dilakukan saat 1821?
Apa saja, asal tidak menanyakan PR.
Idealnya diisi dengan 3 B (Bermain, Belajar, dan Bicara)

Kebersamaan selama 3 jam tanpa benda kotak.
Jangan dikira gadget hanya HP atau leptop dan TV saja yaa...karena sebenarnya kita sering sekali menduakan aktivitas bersama anak dengan memasak, mencuci, dan kegiatan rumah tangga lainnya. Maka tujuan 1821 ini adalah menimati kebersamaan orang tua bersama anak-anak.

Karena hakikatnya kebersamaan orang tua 100 % dengan anak hanya hingga anak berusia 12 tahun. Itupun kalau diasuh sendiri. Selebihnya, mereka memiliki ruang hidup sendiri.
Saat SMP, pengaruh kita kepada anak hanya tinggal 60 %. Ketika SMA semakin berkurang lagi, tinggal 40 %. Terbayang saat anak sudah kuliah, pengaruh kita sebagai orang tua hanya tinggal 20 %.
Jadi manfaatkan waktu kita sebagai orang tua untuk mempengaruhi kehidupan anak. Jangan sampai menyesal di kemudian hari dengan mengatakan :

"Kurang apa mama (atau papa) sebagai orang tua? Kamu sudah diberi fasilitas mobil, laptop, HP."

Kurang perhatian ke anak.

"Saya selalu perhatian pada anak. Saya suka nasehatin anak saat bertemu. Kurang perhatian yang seperti apa?"



Jadi untuk yang full time mommy, upps...jangan bangga dulu.
Begitupun dengan working mom, jangan juga buru-buru kecewa.

Karena sebenarnya, zaman sekarang banyak sekali orang tua yang hanya berada di dekat anak. Tidak bersama anak.

Bedanya apa?

Orang tua yang hanya di dekat anak, ia akan mendampingi anak namun menduakan dengan gadget. Berbeda dengan orangtua dekat anak, dengan fokus membersamai anak.

Ternyata kebersamaan anak saja tidak cukup kalau orang tua menduakan dengan gadget. Dan bila kebersamaan itu sudah dilakukan, janganlah hanya diisi dengan menasehati anak. Kalau Abah bilang, itu adalah sikap ngomongin anak. Tapi berbicaralah dengan anak. Belajar mendengarkan cerita anak, atau mengajak ngobrol anak hal-hal apa saja yang sudah dilakukan hari ini bersama teman di sekolah. Ada banyak topik yang bisa dibicarakan saat bersama anak.


Luangkan waktu bersama anak saat ini. Kalau tidak, di kemudian hari mereka lah yang menyita waktu kita.

Menjadi orang tua yang memiliki skill dalam mengasuh anak.
Skill mengasuh anak ada 2 yakni :

  • Waktu
  • Ketegasan (bukan kasar)
    Menjadi orang tua lembut, boleh. Namun lembek, jangan!


Apa itu tegas?
Tegas adalah kebebasan yang diberi batas.

Batas seperti apa?
Misalnya anak ingin main sepeda. Boleh-boleh saja, namun ada batasan waktu bermain yang jelas dan disepakati bersama. Kalau sudah melewati batas yang dijanjikan dan anak tidak menepati, maka orang tua boleh mengambil hak anak untuk bermain sepeda di lain waktu.


Kebanyakan anak yang bermasalah karena 2 hal :

Terlalu dibebaskan atau terlalu overdosis nasehat.



Sesi Tanya - Jawab.

1. Saya kerja malam, Abah.
Bagaimana menjalankan program 1821?


Jawab :

Tidak ada masalah dengan 1821. Bisa dilakukan di jam berapapun, yang terpenting adalah kebersamaan selama 3 jam tanpa benda kotak.

Sesungguhnya anak membutuhkan orangtua tidak 24 jam. Ketika bermain, anak tidak butuh kita. Ketika sekolah pun, anak tidak membutuhkan orang tua. Namun sediakan selalu waktu untuk membersamai anak.



2. Kegiatan yang dilakukan saat 1821 adalah belajar, namun karena anak-anak sudah full day, maka biasanya di jam-jam itu, anak anak malah nonton TV.
Bagaimana berbicaranya pada anak, Abah?

Ningsih – Tangerang


Jawab :

Orangtua harus punya pengaruh pada anak. Jika anak merasakan asik dan seru, maka anak akan lebih memilih bermain bersama orang tua daripada menonton.

Contohnya :
Bermain coklak bersama keluarga. Atau bermain lompat tali, kartu bahkan peta umpet.
Karena, normalnya anak itu tidak bisa diam.



Sekian resume dari acara Abah Ihsan di Kompas TV.


Salam hangat,

// Alumnus PSPA // PDA Abah Ihsan dan tergabung dalam Grup 6 YUK-JOS (Jadi Orang tua Shalih), Bandung.



Penutup.

Kata siapa mendidik anak tidak ada sekolahnya?
Abah Ihsan hadir di seluruh Indonesia dengan seminar seputar pengasuhan anak. Untuk yang ingin ikut seminarnya, bisa lihat infonya di

Facebook : Abah Ihsan Official
Website   : Auladi.net


Informasi seminar PSPA "Program Sekolah Pengasuhan Anak" di Bandung


In syaa allah,
2 hari seminar namun manfaatnya bisa di rasakan seumur hidup.

Jadilah orang tua betulan, bukan kebetulan.











25 comments for "[Resume Kompas TV Live] Gerakan 1821 Abah Ihsan : Matikan Gadget Dan Peralatan Elektronik"

  1. Terimakasih sharingnya mbak. Iya zaman sekarang tuh beda banget sama zaman dulu. Saya tetangga punya umurnya sekitar 3 tahun hobinya ngabisin kuota mama papanya buat yutuban. Untungnya sih anaknya pinter. Semoga ga sampe nge-BLAST banget deh ya.

    ReplyDelete
  2. Terima kasih sharingnya mbak, moga bisa lbh punya waktu berkualitas lg ma anak2 :)

    ReplyDelete
  3. Terima kasih sharingnya mbak.. Alhamdulillah aku nggak mendekatkan herculesku dengan gadget. Biarlah dibilang norak. Akan ada saatnya nanti.
    Aku ibu pekerja membagi waktunya sangat susah. Tapi aku usahakan begitu pulang aku yg pegang anak, dr nyuapin makan, nemenin main, ngerjain PR hingga tidur. Tapi kalau di rumah dan hari kerja susah bgt jalanin 1821. Karena kerjaan rumah pun menunggu.
    Jadi palingan aku suka quality time di hari libur ya main2 ke taman, atau ke mall tapi bener2 fokus di anak. Seenggaknya walau masih sedikit, tp bs membayar waktu selama aku tinggal kerja. Syaratnya cuma 1, Hp Emak bapaknya matiin taro di tas atau di tinggal

    ReplyDelete
  4. Seharusnya orang tua jaman skrg baca tulisan ini, dan memahami pentingnya kebersamaan menikmati waktu bersama anak, dan menjauhkannya dari gangguan gadget..

    ReplyDelete
  5. Betul, teknolgi itu seperti dua mata pisau. Bisa bermanfaat tapi bisa juga merugikan. Perlu lebih bijak dalam penggunaannya ya...Apalagi untuk urusan buah hati, memang sangat diperlukan gerakan 1821. :)

    ReplyDelete
  6. Sangat berpengaruh sekali memang gadget di masa skrg mbak, di satu sisi positif, di sisi lain jg byk negatifnya terutama bagi anak2

    ReplyDelete
  7. Jaman sekarang memang hubungan anak dan orang tua sangat penting di jaga. Sebagai tameng dari hal hal buruk dunia. Semoga gerakan ini bisa memberikan kesadaran orang tua bahwa anak perlu ada ikatan batin yang kuat

    ReplyDelete
  8. Terima kasih atas postingannya mbak lendy. Aih, akhir-akhir ini aku malah membiarkan anakku main gadget, dia hobi banget nonton lagu anak-anak. Btw kalo nontonnya berdua orang tua boleh ga mbak? Misalnya sambil mendengarkan lagu di hp terus ortu n anaknya sama2 nyanyi atau bermain?

    ReplyDelete
  9. Kemarin pas sodara-sodara kumpul di rumah, mereka pada biarin anak-anaknya main gadget masing-masing. Ponakanku, cuma ngeliatin, karena gak biasa dikasih gadget di rumah. Kalo liat kayak gitu agak miris sebetulnya ya, cuma kalo aku pribadi gak suka sih anak kecil kebanyakan gadget. Mereka mestinya banyak main di luar hehehe. Bener, banyak yang bilang gak ada sekolahnya buat didik anak. Waaa ternyata ada gituan. Makasih, Mbak, sharingnya. :3

    ReplyDelete
  10. Menjadi orang tua memang belajar secara otodidak ya :(

    ReplyDelete
  11. sharingnya bagus banget mba makasih yaa, ini PR buat aku nanti kalo udah ada anak-anak di rumah.. semoga bisa menerapkannya juga :)

    ReplyDelete
  12. aku kok ketinggalan berita, baru tau tentang 1821 ini dari blognya mbak Lendy.

    iya ya, gadget udah menyita banyak waktu kita, sampe sering mengacuhkan sekitar, khususnya keluarga. keren nih program 1821 nya :)

    ReplyDelete
  13. Jam segitu aku gak pegang hp, biasanya. Ganti ke TV, hehehehe. Tapi skrg ngurangin itu, ganti ke baca atau main

    ReplyDelete
  14. informatif sekali artikelnya dan lengkap dengan kiat-kiatnya agar gerakan 1821 berjalan. bahasanya juga ringan. jadi buat bekal saya untuk mempersiapkan diri menjadi orang tua.

    ReplyDelete
  15. Makasih Teh, sangat baik sekali nasihatnya

    ReplyDelete
  16. ya mbak, saya juga mendukung banget program 1821 dari abah ihsan ini. Tapi pada praktiknya susah juga yaa hihihi karena jadwal keluarga kan masing-masing beda yaa. tapi saya coba dengan cara, misalnya pas kita ngumpul barengan makan misalnya, kita matikan hape. jadi memang beneran untuk kumpul bersama keluarga

    ReplyDelete
  17. Saya termasuk jenis anak bermasalah yang overdosis nasehat.. :))

    *Ngetik gini sambil ngacungin dua jari*

    Saya rasa sejak dulu tidak banyak orang tua yang punya keterampilan mendengarkan anak mereka. Makanya anak itu larinya ke gadget karena mesin artificial intelligence-nya gadget itu bisa memahami kemauan anak.

    ReplyDelete
  18. Sebagai orang tua, memang sudah seharusnya kita hadir dan selalu ada buat anak yaa. Baca tulisan ini saya jadi sedih nih karena merasa belum maksimal membersamai anak-anak saya, hiks

    ReplyDelete
  19. 18-21 ini menurutku memang penting banget terutama untum ibu bekerja seperti aku. saat itulah aku bisa bonding dengan anak-anakku

    ReplyDelete
  20. Bakal jadi ilmu parenting baru buat aku nih mbaa… Jujur aku pernah mendapatkan teman dekat yg merasa ortunya kurang perhatian gitu. Padahal aku pikir secara materi dia sangat cukup, tapi memang ortunya sibuk ngurus bisnis shingga waktunya dgn anaknya berkurang yg membuat dirinya jdi merasa gak diprhatikan sama ortunya… Btw, terima kasih ya mba atas sharingnya ini

    ReplyDelete
  21. Children See... Children Do. Suamiku kalau sudah pulang ke rumah pasti langsung pegang HP, karena dia harus update jualannya, membalas chat customer, chat dari rekan kerja seputar kerjaan dll. Sudah jarang ikut bermain bersama anak-anak. Aku juga sama saja sih. Selepas capek mengerjakan kerjaan rumah tangga, ya pelampiasannya kalau nggak buka HP ya lihat laptop.

    Kadang kasihan sih sama anak-anak. Makanya kami sering menyruh anak-anak untuk bermain di luar. Main sepeda kek, main di taman atau bertemu teman mereka. Yang penting nggak main HP. Yang benar-benar quality time tanpa benda kotak itu ya cuma bisa weekend saja.

    ReplyDelete
  22. Wah aku baru tau banget sih soal gerakan ini. Penasaran kenapa bisa dinamakan 1821 trus cari di internet, ternyata sebuah gerakan himbauan kepada para orangtua untuk melakukan puasa gadget/HP, hanya 3 jam saja, yaitu mulai pukul 18.00 – 21.00 dan 1821 nya diambil dari jam 18.00 sampai jam 21.00..

    ReplyDelete
  23. Ya Allah.. di masa seperti sekarang ini menjadi tantangan banget, lho, meski "cuma" menyingkirkan benda kotak itu. Kalau dulu jam segitu banyak nganggurnya, ortu dan anak bisa bercengkrama.. tapi sekarang, gadget menyuguhkan banyak hiburan dan apapun, yang dapat menyita perhatian ortu dan anak.
    Tapi kalau bener-bener diniatkan, insyaa Allah bisa ya.
    Yuk bisa yukkk *ngomong sama diri sendiri :(

    ReplyDelete
  24. makasih, sharingnya, mbak. jujur aku baru dengar nih gerakan ini. tapi memang kalau untuk aku pribadi masih susah banget melepaskan anak dari gadget. kalau aku pulang kerja mereka langsung rebutan mau nonton hape. mungkin akunya yang kurang tegas ya. biasanya sih aku pakai alasan baterai mau habis biar mereka berhenti main hape. hehe

    ReplyDelete
  25. Ahh pokoknya 3 jam ya kita luangkan waktu 100% untuk anak-anak ya. Ga harus jam 18.00 sampai jam 21.00, sebisanya aja. Makasih infonya mbak. Nanti aku coba terapin hehehe.

    ReplyDelete