Dealing With Bargaining Child
Bismillah,
Tawar-menawar ini adalah salah satu cara anak-anak untuk mempertahankan apa yang mereka yakini dan bagi orangtua adalah sebuah penolakan. Karena seringkali, komunikasi orangtua yang terburu-buru (tipikal orangtua generasi millenials) dan santainya anak-anak zaman sekarang saat menghadapi masalah.
Sejujurnya,
Anak-anak yang gemar bargain seperti ini tentu memiliki treatment khusus untuk mengkomunikasikan apa yang kita inginkan dan apa yang mereka inginkan. Dan jangan lupa bahwa anak bargain tidak bisa dipaksa. Mereka akan cenderung malah mogok sama sekali kalau dipaksa melakukan hal yang tidak mereka inginkan.
Jadi,
Bagaimana menghadapi si anak bargaining ini, parents?
Strategi Untuk Menghadapi Bargaining Kids
Bangun Bonding
Sebagai orangtua, tentu membangun bonding ini harus terus dilakukan, Tidak hanya ketika anak balita, tapi juga ketika mereka tumbuh memasuki tahapan-tahapan dalam kehidupan mereka. Ciri anak bargain ini sudah tampak ketika masih kecil. Belum tentu mudah menangis kalau tidak dituruti, tapi tipikal anak bargain akan berkemauan keras untuk barang atau sesuatu yang diinginkan.
Tips : Dengan bernegosiasi atau membuat kesepakatan, memiliki anak bargain ini menyenangkan sekali. Mereka akan dengan mudah menuruti apa yang orangtua inginkan. Misalnya ketika mereka menginginkan sebuah mainan. Si anak bargaining akan menawar dengan "Kalau aku dibelikan mainan itu, aku akan rajin sholat."
Pegang janji mereka dan si anak bargain akan menurut. Kuncinya satu, bargaining child akan selalu membutuhkan dialog yang panjang untuk sebuah kesepakatan, sehingga bonding bersama orangtua harus selalu dijaga.
Berikan Pilihan
Anak-anak bargaining ini senang sekali bila diberi pilihan, bukan diperintah untuk melakukan sesuatu apalagi harus sekarang juga. Kalau bahasa Jawanya, sak det sak nyet. Pilihannya pun harus logis. Misalnya, "Adek, mandi 5 menit lagi atau sehabis nonton video pendek ini yaa.."
Tips : Karena anak-anak bargain selalu bisa menimbang untung-rugi untuk dirinya, sehingga bila pilihannya dirasa tidak menguntungkannya, maka negosiasi akan gagal.
Memulai Hari Lebih Awal
Pentingnya rutinitas bangun pagi bagi anak adalah membangun pola kebiasaan (habit) juga mempersiapkan mood sang anak. Karena mereka tidak bisa diburu-buru dan harus menggunakan komunikasi aktif, maka harus selalu memulai sebuah hal dengan spare waktu yang cukup. Apabila tergesa-gesa, maka komunikasi orangtua akan menjaditidak efektif dan bisa jadi yang keluar adalah kata-kata ancaman.
Tips : Awali hari dengan senyuman dan menyapa anak untuk bangun pagi. Ajari selalu anak melakukan rutinitas ibadah, sarapan pagi lalu berolahraga. Karena dengan berolahraga ini membuat anak sehat dan mudah fokus di aktivitas berikutnya.
Hindari Stres
Beri Kejutan Spesial
Ingat yaa...orang dewasa saja senang sekali jika diberi kejutan atau reward, apalagi anak kecil. Isi tangki cinta mereka sesuai dengan bahasa cinta yang dibutuhkan sang anak. Tak selalu harus berupa barang yang mahal, tapi bisa juga dengan kata-kata pujian, pelukan atau usapan di kepala.
Untuk mendukung tumbuh kembang sang anak dalam masa pertumbuhan, perlu sekali memberikan asupan nutrisi yang seimbang. Setelah memasakkan menu sehat saat bulan Ramadan seperti ini, perlu juga niih...mengembalikan energi anak setelah seharian berpuasa dengan konsumsi Morinaga Chil Go di saat sahur dan berbuka.
Tips : Bedakan antara kejutan dan reward. Reward adalah penhargaan yang kita berikan ketika anak berhasil melakukan sesuatu. Itu berarti ada kesepakatan di awal. Ketika mereka bisa melakukan hal ini, maka akan mendapatkan hadiah. Nmaun kejutan adalah sesuatu yang spontan kita berikan saat anak melakukan kebaikan. Ini bisa dilakukan ketika orangtua terbiasa menggunakan positif parenting kepada anak.
Gunakan Apa yang Menjadi Kesenangan Mereka
Ini seperti saat mengisi tangki cinta sang anak. Anak-anak yang terisi penuh tangki cintanya, maka akan dengan mudah memberikan jawaban atas tawaran yang kita berikan. Berikut tangki cinta masing-masing anak berdasarkan karakter mereka.
Tips : Mengisi tangki cinta initidak hanya berlaku kepada anak, tapi juga pasangan. Ketika dirasakan kurangnya komunikasi, maka itu berarti waktunya mengisi tangki-tangki cinta yang kosong dengan bahasa yang sesuai.
Orangtua Harus Kompak dan Konsisten
Terakhir, pengasuhan kepada anak-anak bargaining child ini dibutuhkan kekompakan kedua orangtua dan konsisten. Konsisten menerapkan sebuah peraturan di rumah. Yang sulit adalah ketika di rumah tidak hanya bersama kedua orangtua (keluarga inti), namun juga ada kakek dan nenek. Ini membutuhkan komunikasi dan negosiasi yang berbeda lagi.
Tips : Ingat, bahwa anak-anak usia 6-12 tahun adalah masa pertumbuhan otak lobus parietal dan temporal yang artinya mereka mulai bisa berpikir logis dan sudah mampu bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan dan putuskan. Masa-masa ini mereka akan tumbuh dengan kemampuan berbahasa yang baik. Yang perlu dilakukan adalah selalu menghargai keputusan sang anak dan tidak judgement. Validasi apa yang mereka rasakan untuk mengetahui lagi emosi apa yang sedang mereka rasakan ketika terjadi hal seperti ini atau itu.
Tidak ada yang namanya anak nakal. Yang ada adalah kita belum bertemu pola komunikasi yang tepat untuk memenuhi hasrat mereka. Anak-anak adalah pribadi yang ingin diakui dan dihargai, maka sebagai orangtua, kita tidak boleh merusaknya dengan pengasuhan yang salah.
Semoga kita semua bisa menjadi orangtua yang baik dan mengantarkan anak-anak siap menghadapi zamannya. Ayo, bantu tumbuh kembang mereka dengan memenuhi nutrisi menggunakan produk terbaik dari Morinaga.
Semangat, Moms and Dads.
With love,
Daku seriingg bgt lazy parenting sist😰😰😰
ReplyDeleteSemoga daku bs tobat dan menerapkan kiat d artikel ini. Makasiii yak
Aku suka nih sama kalimat, tidak ada anak nakal, yang ada adalah kita belum bertemu pola komunikasi yang baik dengan anak-anak.
ReplyDeleteSi bargain ini, aku juga punya 1 di rumah, wkwkk.
Ya gitu deh, kudu sabar juga, soalnya semua ditawar ama dia.
Maasyaaallah, aku masih sangat belajar menjadi orangtua yang baik menurut anakku. Kami berdua sama-sama belajar
ReplyDeleteArtikel ini bernas dan nampooll banget
ReplyDeleteTerwajib dibaca oleh para ortu jaman now
makasi sharing-nya ya
reminder bener postingan ini, bargaining child makin menjadi saat anak makin bertambah usia, mesti ekstra sabar dan bijak menghadapinya. Setuju jika tidak ada anak nakal yang ada belum deal komunikasi yang memenuhi hasrat anak dan orangtua
ReplyDeleteIya nih aku sempat menyesaaaalllll sampe ke ubun ubun,
ReplyDeletedulu waktu anak anak kecil aku kok parenting nya parah banget.. hiks hiks
Rasanya ingin deh mengulang masa emas anak anak ini *berbeling beling matanya
Harus ada kekompakan antara suami dan istri juga ya dalam parenting.
ReplyDeleteDuluuu aku kompak waktu anak masih kecil dan sekolah SD, udah gede jadi ga kompak dah hahhaaa.
Suka banget sama istilah anak bargaining ini, jadi punya pilihan dengan konsekwen yang dia tawarkan sendiri.
Anak2 bargaining ini menuntut orangtuanya agar lebih kreatif dan cerdas dalam mendidik mereka ya. Keaktifan mereka membutuhkan lebih dari sekadar kesabaran untuk membersamainya.
ReplyDeleteParenthood adalah pembelajaran sepanjang masa ya, aku pun masih terus belajar seiring tumbuh kembang Anak-anakku. Makasih maak sharingnya jlebb banget, semoga aku dapat menjadi Orangtua terbaik versi Anakku. Amiiin
ReplyDeletewaduh makjleb teh pas part saat lakukan bargaining jangan sampe bilang terserah huuhuu karena ini masuk lazy parenting :(
ReplyDeleteKereeen teh lendy..
ReplyDeleteanakku dua-duanya tipe bargaining deh.
dan tips di tulisan ini sangat faedaaaah :)
Thank you so much
anak-anakku kayaknya type bargaining kids semua deh, tp memang mungkin efek cara komunikasi kami juga sih. mostly banyak hal dibicarakan untuk diambil kesepakatan bersama dan enggak satu arah, makanya jd ada proses bargaining juga. satu sisi menurutku bagus2 aja walopun suka kesel ih nawar mulu! iyain aja kek apa kata ibuknya heheh
ReplyDeleteKalau saya menghadapi anak tipe bargaining tak balikin misal mereka minta jajan saya bilang aja nanti ya pas lebaran..terus kan mereka protes ya saya balikin habis kamu kalau disuruh suka nawar juga hehehe..akhirnya mereka ga pernah nawar lagi kalau disuruh
ReplyDeleteAna-anak saya juga begini. Malah terkadang sampai sekarang. Ya memang untuk beberapa hal, orang tua gak bisa saklek. Harus selalu diturutin. Terkadang ada bagusnya juga tawar-menawar begini
ReplyDeleteAnakku tipe yang kayak gini nih. Dari mulai 4 tahun udah ngajak nego mulu dia. Mulai dari urusan pilih baju, pilih makan, atur jadwal harus kompromi dulu biar win-win solution. Hahaha. Kadang alot sih nego nya tapi sekarang udah makin kebiasa kita.
ReplyDeleteYa ampunn anak2 mengarah ke sini. Sepertinya ak harus konsisten nih semangat parenting lagi. Baca artikel ini kayak diingetin untuk belajar jadi orangtua yang sigap ya.
ReplyDeleteohh aku baru tahu istilah bergaining kids ini teh
ReplyDeletedan sepertinya dua anakku juga begini, kudu pintar pintar cari cara ya teh
makasih sudah menulis tips ini
Anak keduaku juga jago bargaining, selalu punya teknik yang bikin ortunya klepek2, wkwk. Emak bapaknya kudu nebelin pertahanan biar nggak tergoda dengan rayuannya :D :D
ReplyDeleteNgomongin Morinaga, anak temenku setelah ngrasain produknya Morinaga, dibeliin merk lain nggak mau dong, hehe.
Rasanya setiap anak akan mengalami masa bergaining ini. Bisa jadi positif jika ortu bisa menstimulus dengan baik.
ReplyDeletebeberapa anak ada yang sangat bergaining dan tips ini perlu dibaca ulang agar tahu cara hadapi, stimulasi dan jadikan bekal masa depan
Membacaartikel ini serasa diri ini penuh dosa-dosa dalam mendidik anak. Beruntung, keduanya tumbuh menjadi anak-anak baik (versi emaknya). Mandiri, dan tidak pernah merepotkan orang tua. Selamat siang, ananda Lend.
ReplyDeleteKalo lagi sadar aku biasanya stay cool kalo bocah udah mulai ngeles2 (2.5 tahun udah bisa ngeles2 yaa TT). Kalo lagi sumbu pendek kadang pen banget mengeluarkan kalimat, "Terseraaah eluuuu deeehhh.." untungnya biasanya milih diem dulu sih. Baru tau itu namanya lazy parenting 😌
ReplyDeleteSepakat banget Mbak. Anak aku kadang juga melakukan bargaining ini. Oh ya, ortu nggak boleh stress mengelola emosi dan harus ada komunikasi yang baik antara ayah dan ibu dalam urusan parenting ini ya Mbak?
ReplyDeleteSaya rasa bargaining child termasuk jenis anak yang cerdas ya. Mereka punya prinsip, kalau tidak sesuai standar mereka, setidaknya harus ada tawaran substitusi yang relevan menurut mereka (dan kita).
ReplyDeleteSaya lagi nginget2 apa dulu saya juga anak yang bargaining? 🤔 kok kayaknya iya
Hihi... ini anak-anakku banget. Tapi kalau aku melihat ini sebagai fase sih. Mungkin karena mereka sudah mulai mau mempertahankan keinginan diri. Gpp... sejauh terkontrol. Kalau saya selain kasih pilihan juga saya kasih gambaran konsekuensinya. Tujuan biar dia bertanggung jawab aja sama keputusan yang sdh diambil.
ReplyDeleteAnak saya masih umur 3.5 tahun aja udah bisa menawar :D . So far sudah nemu sih solusinya, jadi enggak sampai bikin emaknya ini kalang kabut. Thanks for sharing, mom Lendy :)
ReplyDeleteanak bungsuku, Aluna juga gini teh
ReplyDeletesukanya nawar
makanya kudu cari cara menghadapinya
makasih sudah berbagi tips ini ya teh
Kalau anak bargaiing dikasih pilihan dia akan belajar berpikir & bertanggung jawab juga ya. Lucu juga sih ya kalau anak kecil suka nawar hihihi tapi justru orangtua bisa belajar ya
ReplyDeleteAnakku banget ini mam. Tapi aku seneng sih kalau pas tawar menawar. Karena memang saat kita dewasa pun kita juga kerap harus menimbang untung rugi. Mengambil keputusan berat antara yg ngga enak dan ngga enak banget, hehehe
ReplyDeleteSepertinya anakku begini nih, karakternya, terkadang bunda yang gak sabaran ikutan debat karena anaknya banyak alesan. Hihihi... memang karakter beginipun melankolis ketika apa yang dia tawarkan kepada kita tapi ditolak. Hahaha haduuuhhh, sabaarrr alhamdulillah karakter begini bisa diajak diskusi duduk bareng.
ReplyDeleteMasyaAllah.. Bagus tulisannya.
ReplyDeleteMemang tidak ada sekolah yang pas bagi ortu untuk mendidik anak karena karakter mereka berbeda2. Sebagai ortu harua terus belajar
Karena keseringan baca review drama Korea di blognya Teh Lendy..pas baca judulnya ini pun saya pikir adalah salah satu judul drama Korea. Hhaahhaha
ReplyDeletewah ini aku banget waktu kecil kayaknya
ReplyDeletekalo disuruh apa apa sama orang tua jawabnya selalu "Seeek" dalam bahasa jawa yang artinya "Sebentar yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa. 5 menit lagi eh keterusan sampe sejam" hwahahha
semoga nanti aku bisa menghadapi anakku (yang semoga saja ga gini)
ilmunya manfaat banget ini wajib aku bookmark buat bahan bacaan parentingkuu
Iya, ya. Bener juga ... "Terserah kamu, deh." Ini kalimat pamungkas yang sering aku pikirkan. Kalau ujung ujungnya terserah, kenapa dari awal musti berdebat. Seperti tidak memberi jalan keluar ������
ReplyDelete