Etika Mengunjungi Orang yang Sedang Berduka
Bismillah,
Etika Mengunjungi Orang yang Sedang Berduka - Hola sahabat lendyagasshi.
Ada rasa sedih yang menyeruak ketika mendengar berita duka. Terlebih berita tersebut datangnya dari orang terdekat dengan kita. Dan akhir-akhir ini, berita duka semakin sering kita dengar, melihat dari tingginya kasus Cov-19 di Indonesia.
Baru tadi malam, aku mendapat kabar bahwa Ayahanda salah seorang sahabatku di Surabaya baru saja meninggal pada pukul 20.20 WIB. Dan seketika aku merasa dunia kembali berputar saat dimana aku pernah kehilangan Ayahandaku pada tahun 2017 silam.
Apa yang seharusnya dilakukan ketika ada orang yang sedang berduka selain ucapan belasungkawa?
Etika Ketika Mendatangi Orang yang Sedang Berduka
Memilih waktu yang tepat untuk melayat
Ada hal-hal di luar dugaan ketika mendapat kabar duka. Seperti saat ini, aku sedang berada di Bandung dan sahabatku berada di Surabaya. Posisi dimana kami tidak berada di kota yang sama, membuat tidak memungkinkan untuk hadir melayat. Ditambah lagi dengan suasana PPKM di setiap kota wilayah di Indonesia, malah lebih riskan lagi untuk berkumpul dan bertemu. Tidak ada salahnya jika kita memberikan ucapan rasa belasungkawa melalui sebuah pesan singkat atau mengirim karangan bunga.
Lain ceritanya ketika posisi bisa langsung datang untuk memberikan ucapan belasungkawa kepada para anggota keluarga yang ditinggalkan. Maka pilihlah waktu dengan tepat supaya keluarga tidak merasa terganggu dan memberatkan. Saat mengunjungi rumah duka jangan datang terlalu pagi atau terlalu malam dan ingat untuk tetap patuhi protokol kesehatan, 7M.
Menggunakan pakaian yang layak
Di indonesia memang tidak ada pakaian khusus yang harus digunakan saat melayat ke rumah atau tempat orang yang sedang berduka. Namun, akan sangat disarankan jika menggunakan pakaian yang rapi, sopan dan juga sederhana.
Namun kadangkala ada keadaan mendadak dan bisa dipahami ketika melayat. Maka, sebaiknya mengurangi perhiasan yang sedang digunakan agar tidak mengundang perhatian banyak orang.
Membawakan sesuatu
Saat keadaan sedang berduka dan juga sedih tidak ada salahnya ketika datang membawakan sebuah barang yang bisa diberikann untuk para anggota yang ditinggalkan. Biasanya orang-orang akan membawa bunga. Tetapi selain bunga juga bisa memberikan barang lainnya, seperti menyisihkan sedikit uang duka untuk keluarga. Tujuannya adalah memberikan perhatian khusus untuk keluarga yang ditinggalkan.
Tak Masalah Membawa Seorang Anak
Bagi beberapa orang tua, biasanya akan merasa khawatir jika mereka membawa anak ke pemakaman. Biasanya takut anaknya akan menagis atau rewel yang menyebabkan proses pemakaman terganggu. Sebetulnya sangat tidak apa-apa jika membawa anak untuk ikut melayat. Disarankan ketika anak usianya telah 7 tahun ke atas. Karena moment ini bisa dimanfaatkan untuk menanamkan akidah qodo' dan qadar yang berarti mempercayai takdir Allah mengenai kematian.
Apabila usia anak di bawah 7 tahun, ini sangat tidak disarankan membawa hingga ke pemakaman. Namun kalau hanya di rumah duka, masih sangat boleh sekali jika anaknya sedang dalam kondisi fit dan sehat.
Baca juga :
Mengenalkan Toleransi Pada Anak
Sebaiknya jangan lakukan hal ini
Saat berada di acara pemakaman atau datang untuk melayat sebaiknya jangan sibuk sendiri dengan handphone atau urusan lain yang mengundang perhatian orang. Simpan dahulu handphone dan segala aktivitas.
Jika mendapatkan panggilan telpon yang cukup penting, sebaiknya langsung menjauhkan diri dari rumah duka, agar tidak terganggu ketenangan di rumah duka dan ketenangan orang yang sedang berduka. Jangan pula sekali-kali menggunggah sebuah foto pemakaman apalagi mengupdate sebuah status pada media sosial. Rasanya akan sangat kurang etis sekali.
Jangan lupa doakan
Setelah mungkin saat ini sangat membatasi bepergian atau melayat, bisa juga sahabat mengirimkan ucapan belasungkawa dan doa yang tulus dari hati yang terdalam.
Doa untuk almarhum dalam Islam yang sesuai sunnah :
Laki-laki
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ ، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الذُّنُوبِ والْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ ، وَاَهْلًا خَيْرًا مِنْ اَهْلِهِ ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ ، وَقِهِ فِتْنَةَ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّار
Allahummaghfirlahu warhamhu wa’aafihi wa’fu’anhu, waakrim nuzulahu wawasi’madkholahu, waghsilhu bil maai watstsalji wal barod, wanaqqihi min khotooya kamaa yunaqqotstsaubul abyadhu minadanas, wa abdilhu daaron khoiron min daarihi, wa ahlan khoiron min ahlihi, wa zaujan khoiron min zaujihi waqqihi fitnatal qobri, wa ‘adzabannar.
Artinya:
❝Wahai Allah, ampunilah dia, kasianilah dia, sejahterakanlah dia dan ampunilah segala dosa dan kesalahannya, hormatilah/mulyakanlah kedatangannya, luaskanlah tempat tinggalnya dan bersihkanlah ia dengan air, salju dan embun. Bersihkanlah ia dari segala dosa sebagaimana kain putih bersih dari segala kotoran, gantikanlah baginya rumah yang lebih baik dari yang terdahulu, dan gantikanlah baginya ahli keluarga yang lebih baik dari pada ahli keluarga yang terdahulu dan peliharalah (hindarkanlah) ia dari siksa kubur dan azab neraka.❞
Perempuan
اَللَّهُمَّ اغْفِرْلَهَا وَارْحَمْهَا وَعَافِهَا وَاعْفُ عَنْهَا وَاكْرِمْ نُزُلَهَا وَوَسِّعْ مَدْخَلَهَا وَاغْسِلْهَا بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهَا مِنَ الْخَطَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْاَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ وَاَبْدِلْهَا دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهَا وَاهْلًا خَيْرًا مِنْ اَهْلِهَا وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهَا وَقِّهَا فِتْنَةَ الْقَبْرِ وَعَذَابَالنَّار
Allahummaghfirlahaa warhamhaa wa’aafihaa wa’fu’anhaa, waakrim nuzulahaa wawasi’madkholahaa, waghsilhaa bil maai watstsalji wal barod, wanaqqihaa min khotooya kamaa yunaqqotstsaubul abyadhu minadanas, wa abdilhaa daaron khoiron min daarihaa, wa ahlan khoiron min ahlihaa, wa zaujan khoiron min zaujihaa waqqihaa fitnatal qobri, wa ‘adzabannar.
Artinya:
❝Ya Allah, Ampunilah dia, maafkanlah dia dan tempat-kanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya di dunia, berilah keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya di dunia, istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari fitnah kubur (siksa kubur) dan Neraka.❞
Saat sahabat lendyagasshi datang untuk melayat sebenarnya hal ini merupakan refleksi diri dari kehidupan. Dari hal ini kita bisa mengambil makna bahwa segala sesuatu yang bernyawa pasti akan menemui ajalnya dan kembali pada sang pencipta, kita tidak akan pernah tau kapan waktunya.
Sesungguhnya,
Kematian adalah sebaik-baik pengingat.
With love,
Tambahan: jangan sibuk makan & minum
ReplyDeletehaha ya kali di tengah suasana duka malah sibuk ngunyah sana sini haha
Tapi memang ada tradisi tertentu di suatu daerah, termasuk di Sumsel sana (di beberapa daerah di kabupaten), bila ada kematian, para keluarga dibantu tetangga malah sibuk masak-masak, buat dihidangkan ke para tamu. Masaknya bukan masak biasa, tapi masak kayak orang mau hajatan sekampung gitu. Sekilas kayak ga tepat ya, karena suasana duka ya udah diem aja gitu, kok malah capek-capek masak. Ternyata sebagai bentuk penghormatan kepada tamu yang datang untuk menyampaikan duka cita. Bila hidangan ga dimakan malah dianggap gak sopan.
Kalau di komplekku sini, ada kematian ya datang bawa uang duka aja. Ketemu tuan rumah, menyampaikan ucapan, lalu pulang. Paling minum. Jarang ada yang makan-makan. Beberapa orang malah punya kepercayaan, tidak minum dan makan apapun di rumah duka, haram katanya. Seolah merayakan kematian orang yang meninggal itu :D
Etika yang Lendy sebut sudah semestinya dipraktekkan.
Di kita kayaknya sudah kebawa tradisi internasional deh kalau berduka menggunakan pakaian hitam. Padahal kalau ajaran Rasulullah sebaiknya putih saat melayat. Dan secara medis pun warna putih itu bisa menolak virus dan bakteri kebalikan dari hitam. Makanya dokter-dokter kan menggunakan jas warna putih. Masya Allah ya.. Islam itu detail sekali mengajarkannya.
ReplyDeleteSiapapun tentu tau kl melayat sebaik-baik pakaian adalah yang berwarna agak gelap tidak terlalu cetar. Setidaknya warna gelap menandakan kita ikut berduka dan bunda rasa juga menghormati yg sedang berduka.
ReplyDeleteDan menurutku, sebaiknya JANGAN KEPO nanya mendetail, seperti:
ReplyDeleteKok bisa almarhum(ah) sakit?
Kenapa ngga dibawa ke RS anu?
Kok bisa meninggal?
Yhaaaa, menurut nganaaa?
Adaa ajaaa lho, orang2 yg kemal alias kepo maksimal, dan ga brenti2 nanyaaaaa mulu.
heran deh eikeh
mba lendy ini pas banget yg aku cari. karena ini banyak kabar duka tapi ga yakin jg kan mau layat. kebetulan jg ada anak kecil2 dan Puji Tuhan teman2 mengerti dan memahami. jadi aku hanya support dr rumah, kirim doa dan makanan buat mereka :)
ReplyDeletenah bener banget deh teh etika mengunjungi orang yang berduka yang sudah teteh jabarkan di atas. Kita sebagai teman, sahabat, keluarga harus paham bener etikanya gimana. Jangan sampai berlaku atau berucap yang membuat mereka jadi lebih sedih.
ReplyDeleteHahhaaaa, bener banget Leen, kadang masih banyak yang aku lihat klo pas pemakaman sibuk dengan gadetnya sendiri. Mungkin beliau lagi disambil bekerja, atau negosiasi proyek, setahuku biasanya urusan2 urgent, noted banget ini juga kadang reminder buatku.
ReplyDeleteDan kemaren lusa depan rumah ada yang meningggal, aku raguu , akhirnya aku ga takziah. Karena ragu seharusnya protokol covid ko di bawa ke rumah, hihii.
kalau standarnya pas melayat itu ikut bacain yasin sama kasih uang duka ke keluarga yang meninggal ya, mbak. sebisa mungkin juga jangan nanya-nanya perihal penyebab almarhum meninggal
ReplyDeletetakziyah ke rumah duka salah satu belasungkawa terhadap keluarga yang ditinggalkan agar tetap kuat dan sabar
ReplyDeleteSelama pandemi ini aku termasuk jarang banget melayat ...kalaupun dateng ya gak berani deket2 dan ikut berkerumum...karena kalo disini kan ramenya wow banget yang takziah..dan biasanya berebutan masuk ke rumah duka untuk ngasi uang duka.
ReplyDeleteYang pasti jaga bicara saat melayat!
ReplyDeleteDan jangan terlalu banyak bicara.
Jaga busana juga saat melayat.
Tidak terlalu terbuka, kudu sopan!
Menghindari busana dan aksesori mencolok, karena ke sana untuk mendengarkan dan belajar, bukan menjadi pusat perhatian!
Iyah siap teh Leen..jadi ingat waktu aku takziah ke rumah salah satu sahabat aku yg udah berpulang lebih dulu karena sakit kanker. Aku mendengarkan cerita sang suami bersama teman2 juga, rasanya nggak percaya karena masih usia yg tidak terlalu tua. Sebelum beliau meninggal, kami menjenguknya TT nggak nyangka secepat itu beneeeer2 semua yg bernyawa akan mati, persiapan dari sekarang jangan nunggu tua #ntms.
ReplyDeleteNah, saya paling sebel tuh kalai pas melayat, lihat ada yang sibuk sama hp nya, sempat-sempatnya selfie pula. Udah gitu ngajak yang lagi berduka buat foto bersama, minta ekspresi senyum. Di kiranya lagi reuni kali ya
ReplyDeletePakaian harus disesuaikan menurut saya. Gak harus warna hitam, yang penting sopan. Ya, walau kadang kita dengernya juga tiba-tiba. Kadang gak sempet ganti baju yang lebih rapi, tapi yang penting sopan.
ReplyDeleteKarena ada ya, di daerah saya. Gak semuanya sih. Pas tetangga saya berpulang, ada yang dengan entengnya melayat pakai celana pendek, terus atasan pakai kaos yang lengannya 'hilang'. Kan jadi gimana gitu, dia mau melayat apa mau ke mana sih. Itu cewek pula. Kan nganu, malah jadi pusat perhatian dianya..🙄
Terima kasih pengingat ya say memang ya mengingat mati termasuk melayat itu banyak manfaatnya buat kita.. termasuk pengingat untuk mengumpulkan amal kebaikan di dunia
ReplyDeleteSekarang ini lagi zaman PPKM malahan kalau ada yang meninggal, uang santunan bisa nitip ke ketua RT setempat.
ReplyDeleteDi tempatku begitu Teh. Memang benar sih harus perhatiin do and don't juga kalau pas ngunjungin yang berduka
Untuk masalah pakaian ini jadi catatan banget teh, kadang masih ada orang yang melayat pake baju yang warnanya gonjreng lho. Disini hampir tiap hari ada yang meninggal, karena pandemi jadi banyak yang nggak datang, paling keluarga dekat aja.. Biasanya ngucapin di group bareng bareng
ReplyDeleteDi mana-mana, etika saat melayat ini masih longgar (baca: banyak yang masih tidak peduli)
ReplyDeletedan akhir akhir ini, saya ketemu orang yang SIBUK SELFIE dan AMBIL KONTEN VIDEO astaghfirullaaaah
Jadi kejadiannya di San Diego Hills.
Sudah yang mau dimakamkan itu sodara ybs, eeeh beliau telat, lari lari ga jelas, untuk apaaa? Untuk selfie dan take video!
padahal udah dicolek,
udah ada sie dokumentasi juga kalo di pemakaman itu! ya walau ga ada, toh ada serombongan yang lain juga
AKhirnya terbukti, pada saat alm dimakamkan, si mbak ini ga sedih, ga berasa apa apa... tepok jidat deh aku!
Selama PPKM ini, kegiatan berkunjung jadi lebih banyak dibatasi, termasuk mengunjungi orang yang berduka. Padahal ingin sekali menguatkan yang sedang berduka, tapi apa daya keadaan masih seperti ini ya...
ReplyDeleteKemarin tetangga ada yang meninggal di sini akhirnya yg melayat cuma suami aja.
ReplyDeleteIbu2 di sini pd melyat rombongan aku menolak huhu
Iya bener soal melayat ini kudu diperhatikan etikanya jangan banyak nanya, trus pakai pakaian yang tepat, apalagi masa copid gini wes ucapkan belasungkawa tanpa basa basi dan turut mendoakan aja, trus pulang, jgn kumpul2
Dan aku tambahin ya, jika melayat usahakan jangan memfoto jenazah lalu di-uploadnya di medsos. Ya ampuun ada loh teman-temanku yang begitu.
ReplyDeleteWah bener banget ini penting banget sih. Thanks mbk.
ReplyDeletepenting banget nih etika ketika berkunjung ke keluarga yang sedang beduka, makasih sharingnya teh Lendy
ReplyDeleteKalau di kampungku susah banget melayat tapi ga nimbrung ibu2 yang ngobrol. Sebenarnya ga cuma secara etika aja yg ga bener tapi juga secara adab. Tapi ibu2 khususnya jadi semacam reuni kalau layatan. Ya Allah. Sedih lihatnya
ReplyDeletesekarang ini nggak sedikit juga yang menghindari takziah saat masih hari pertama, karena mungkin terlalu ramai juga
ReplyDeleteYang BT Tu, kalau orang yang datang nanya yang sama berulang-ulang. Mbok yo cuman ngucapin turut berduka nggak usah tanya ini dan itu karena kadang orang yang kehilangan ini masih belum menerima lega eh malah pertanyaannya banyak semacam mengulang luka
ReplyDeleteSetuju sama mbak swasthika. Iya sih maksudnya care pengen tau sebab musabab dan kronologi meninggalnya alm. Tapi ya nggak yang nyecer gitu juga sih.
ReplyDeleteEh tapi, mungkin beda orang beda gaya ya.
Saat kakak berpulang, beberapa rekan ibu menghubungi dan menanyakan perihal kenapa kakak meninggal. Saya yang denger sih berasa nih orang ganggu banget sih.
Namun saat saya melihat ibu menanggapi pertanyaan-pertanyaan itu, menceritakan kronologi kematian kakak, yang saya lihat, ibu jadi kaya punya temen ngobrol/curhat. Dan somehow melihat itu, saya jadi merasa ya mungkin saya aja yang ga nyaman kalau diinterogasi kaya gitu. Namun buat orang lain, in this case my mom, momen diinterogasi itu malah jadi momen untuk melepaskan uneg2 yang mengganjal.
Etika bukan hanya di depan umum saja namun saat mengunjungi orang meninggal pun harus ada etikanya ya. Udah mah lagi berduka malah di jadikan bahan ghibah si mayitnya sungguh tidak punya hati nurani. :')
ReplyDeletePaling sebel tuh, kalau sedang melayat tapi malah foto-foto. Terus tanya-tanya kejadian yang sebenarnya kenapa si fulan bisa meninggal. Kan, keluarganya jadi sakit lagi rasanya. Dan tentunya sama pakaian. Jangan sampai ya, kita melayat berpakaian seperti orang piknik, pakai baju warna warni yang ceria. Kalaupun gak hitam ya cukup warna-waran kalem lah.
ReplyDeleteBetul Lend, mengajak anak melayat itu memang mengajarkan tentang hidup dan mati, tentang konsep semua manusia akan meninggal, juga tentang usia tidak menjadi jaminan tentang waktu kematian seoranv manusia.
ReplyDeleteNah, banyak sebenarnya yang harus baca etika mengunjungi orang berduka seperti ini. Yang disampaikan mbak Lendy ini bener sekali. Kadang ada yang malah ngemil gak berhenti-berhenti padahal di rumah duka. Etapi di tempatku juga kalau ada yang meninggal gitu mesti disediakan makanan dan minuman juga katanya untuk sedekah almarhum gitu.
ReplyDeleteSetuju banget sama semua point yang disampaikan di artikel ini. Saat mengunjungi orang yang berduka tentunya kita juga harus punya etika. Oh iya ada lagi sih biasanya malah sibuk tanya-tanya kenapa alasannya dan kronologisnya. Ada baiknya untuk menahan diri bertanya deh, tunggu pihak keluarga bercerita saja iya kan?
ReplyDeleteSetuju mbak, setiap melayat biasanya daku memperhatikan waktu berkunjung dan menghindari pertanyaan-pertanyaan sensitif.
ReplyDeleteBerusaha menghibur tanpa harus nyeramahin. Lumayan juga sih nahan ga nanya "meninggalnya kenapa?". Tapi kalau aku pengen tau, biasanya nyoba nanya ke temen, ga langsung ke orangnya. Dan kalau ga dapat jawaban ya udah, aku ga berusaha nanya lagi.
Kalau tentang bertanya penyebab meninggal, beberapa orang menganggap hal ini tidak tabu asalkan bertanya dalam taraf yang wajar bukan yang sampai kayak orang interogasi. Trus kita juga mesti melihat kondisi keluarga yang berduka, kalau masih shock lebih baik jangan. KIta bisa bertanya kepada tetangga yang kerabatnya saja.
ReplyDeleteTerima kasih untuk tips-tips nya Bun.
ReplyDeletePostingan ini sangat informatif dan berguna. Saya suka bagaimana penulis memaparkan topik dengan cara yang mudah dipahami.
ReplyDeleteJangan lupa untuk mendoakan bagi keluarga yang ditinggalkan maupun untuk si mayit.
ReplyDelete