Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Lindungi dan Pulihkan Pangan Lokal

Bismillaah,


Apa itu pangan lokal?
Hola sahabat lendyagasshi.


Indonesia yang kaya akan hasil kebun, hasil hutan dan hasil laut berupa pangan lokal ini, ternyata dari data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa Indonesia masih mengimpor lima komoditas pangan utama, seperti beras, daging sapi, bawang putih, jagung, dan gula pasir.


Sad, but true...
Kita semua sebagai warga negara Indonesia harusnya bisa menjadi lebih baik lagi dalam melindungi dan mengembangkan potensi alam yang dimiliki bangsa ini.


Ada banyak sekali tantangan ketersediaan pangan lokal yang dialami Indonesia, diantaranya karena kekeringan yang berkepanjangan, kebakaran hutan, harga yang kurang kompetitif karena masih dalam bentuk bahan mentah, serta mutu produk yang tidak konsisten karena tidak ada standar baku mutu untuk pangan lokal.


Hari Sabtu, 14 Juni 2025 di Taman Ismail Marzuki, bersama Eco Blogger Squad yang bekerjasama dengan LTKL (Lingkar Temu Kabupaten Lestari), Laboratorium Inovasi Lestari dan Pancaran Sinema mengadakan serangkaian acara "Ruang Setara dan Lestari" dengan tema besar Workshop Kolase "Protect & Restore Local Food".

Apa yang dimaksud Local Food


Acara ini dipandu oleh MC kondang keshayangan ummat Eco Blogger Squad, kak Fransiska Soraya, atau yang disapa akrab dengan panggilan kak Ocha, alhamdulillaah berjalan lancar dan sangaaatt berkesan.


Pasti sahabat lendyagasshi bisa juga nih.. bebikinan prakarya yang berasal dari barang bekas atau bahan alam yang ada di sekitar kita. Kuy, kepoin acara kamiii.. semoga terinspirassii..

Lets get it!



Workshop Kolase "Protect & Restore Local Food"

Karena temanya workshop, pastinya uda bisa nebak yaah... selain materi dari beberapa pakar mengenai local food, juga endingnya para peserta disediakan peralatan untuk berkreasi sesuai dengan imajinasi masing-masing.

Rasanya memuaskan hasrat untuk menuangkan segala rasa di atas kertas.
Karena tugasnya adalah membuat kolase dari barang bekas ((majalah dan novel bekas)) dan bahan alam yang ada di sekitar kita ((seperti daun kering, bunga atau buah pinus dan aneka bahan alam lainnya)).

Hasil hutan Indonesia

Materi 1 : Ristika Putri (Sekretariat LTKL)

Sebelum memasuki sesi workshop, ka Ristika Putri atau yang biasa dipanggil ka Tika memberikan materi mengenai Kabupaten Lestari.

LTKL adalah singkatan dari Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), yakni asosiasi yang dibentuk dan dikelola oleh pemerintah kabupaten untuk mewujudkan pembangunan lestari yang ramah lingkungan dan ramah sosial, melalui gotong royong multipihak.

Apa Itu Kabupaten Lestari
peta hutan Kabupaten Lestari di Indonesia


Kabupaten Lestari ini memiliki 9 kabupaten dengan anggota di 6 provinsi di Indonesia dan bekerja berdampingan dengan 21 jejaring mitra multipihak tingkat global, nasional & daerah yang bergabung secara sukarela untuk mencapai tujuan bersama.

Anggota Kabupaten Lestari di Indonesia diantaranya hutan yang berada di daerah Aceh Tamiang, Siak, Musi Banyuasin, Sanggau, Sintang, Kapuas Hulu, Sigi, Gorontalo, Bone Bolango.


Tujuannya apa sih dibentuknya Kabupaten Lestari? Sesuai tujuan dari visi dan misinya yakni melindungi dan mengembalikan fungsi hutan, gambut dan ekosistem penting lainnya di wilayah administrasi kabupaten anggota LTKL.


Seperti yang sahabat lendyagasshi ketahui, anak muda sekarang lebih bangga bila sudah sekolah jauh ke kota besar atau bahkan keluar negeri hingga enggan balik ke desa. Padahal desa membutuhkan tenaga anak muda yang kreatif untuk mewujudkan masyarakat yang kreatif namun tetap menjaga alam.


Bagaimana caranya? Salah satunya adalah sama-sama bergotong royong dengan semua pihak untuk bertransformasi menjadi kabupaten yang mampu menjaga alam sekaligus menyejahterakan masyarakatnya melalui perbaikan rantai pasok dan hilirisasi industri ramah lingkungan & ramah sosial berbasis masyarakat.


Masih agak lieuur atau belum punya gambaran?
Kuy, lanjut ke materi kedua yang disampaikan oleh ka Esty Yuniar, perwakilan dari Semesta Sintang Lestari.

**Sintang adalah salah satu daerah otonom tingkat II di wilayah Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia



Materi 2 : Esty Yuniar (Semesta Sintang Lestari)

Materi kedua ini dikuatkan lagi tentang pentingnya dibentuknya Kabupaten Lestari dan peran anak muda untuk bisa berkarya dan bangga menjadi anak daerah.

Permasalahan hutan dan gambut itu selain ada faktor dari alam seperti kebakaran hutan dan kekeringan, juga permasalahan masyarakat adat yang kurang bisa mengelola hasil alam dengan optimal.

Mereka memang melindungi hutan, namun karena pemanfaatan yang belum optimal inilah hasil alam menjadi sangat minim penghasilan dan kehidupan ekonomi di daerah yaa.. begitu begitu aja.

Dengan bantuan teknologi, pengelolaan hasil alam bisa lebih optimal.
Seperti pengolahan sengkubak menjadi penyedap rasa alami.

Seperti apa daun sengkubak ini?

Penyedap alami dari Sintang, Kalimantan Barat
Sengkubak, tanaman asli dari hutan Sintang, Kalimantan Barat

Selain Sengkubak, di hutan Kalimantan juga banyak menghasilkan pangan lokal lain, seperti buah tengkawang, yang dapat menghasilkan minyak nabati bergizi tinggi kini untuk bahan masakan dan juga sebagai bahan baku skincare yang bermanfaat untuk melembapkan kulit, meningkatkan elastisitas kulit, membantu mencegah penuaan dini dan kulit terbakar akibat paparan matahari serta mengatasi masalah rambut kering dan rusak.


Kalau sahabat lendyagassi memahami cara hidup masyarakat adat, mereka bener-bener manjaga bumi dengan cara hanya mengambil dan mengolah apa yang disediakan hutan seperlunya. Tidak berlebihan.

Tak hanya hasil hutan, di Kalimantan juga mengalir sungai yang menghasilkan banyak ikan yang berpotensi untuk menjaga kesehatan tubuh manusia jika dikonsumsi. Seperti, melancarkan pencernaan, mencegah radang paru-paru, mengurangi beban asma dan bronkitis dan mencegah kanker, membantu mengurangi pengaruh penuaan dan kerusakan akibat sinar matahari. 


Masyarakat adat memiliki aturan "tak tertulis" yang harus mereka patuhi untuk terus bisa menjaga hutan di Kalimantan.

Seperti masa berladang, masyarakat melakukannya di waktu-waktu tertentu.
Setelah panen, mereka mengolah hasil panen dan menunggu hingga waktu berladang kembali tiba

━ ka Esty Yuniar, Semesta Sintang Lestari.


Brand lokal cemilan indonesia
Brand dari pangan lokal asli hutan dan sungai di Sintang, Kalimantan Barat


Bischo ━ Salah satu brand yang membuat hasil pangan lokal dari hutan di Sintang, Kalimantan Barat lebih ber-value. Bischo adalah camilan terbuat dari ikan gabus dan ikan tomon, yang ternyata memiliki manfaat besar, salah satunya untuk cegah stunting.

Awalnya, mengolah ikan gabus dan ikan tomon ini tentunya ada tantangannya.
Namun setelah melewati prosesnya dan kini Bischo sudah menemukan rasa dan komposisi yang tepat sehingga memiliki rasa cemilan yang manis, enak dan gak amis.

Ikan gabus segar sendiri bisa diperoleh di perairan sungai di Kalimantan. Mengandung beberapa nutrisi, seperti asam lemak omega-3, lipid yang diklasifikasikan oleh fosfolipid, gliserida parsial, kolesterol, alkohol lemak, trigliserida, dan ester kolesterol, asam lemak tak jenuh ganda, dan asam lemak omega 6.

Keren yaah...



Materi 3 : Dian Tamara (Pancaran Sinema)

Di sesi akhir acara workshop, dibantu oleh ka Tamara dari Pancaran Sinema, kami dibekelin kertas HVS warna-warni, majalah bekas, dedaunan kering, daun dan buah pinus kering untuk dijadikan kolase dari potongan lirik "Warisan Lintas Zaman".

Lirik Lagu Warisan Lintas Zaman
Penggalan lirik lagu "Warisan Lintas Zaman"


Kami dengan tekun berkreasi sesuai dengan imajinasi yang terlintas dan mashaAllaa~
Ada beragam karya dari sahabat-sahabat Eco Blogger Squad yang menarik!

Ada yang membuatnya secara 3D, ada yang membuatnya dengan warna-warni dan ada juga yang membuat seperti madink jaman dulu.

Seruu sekalii!!!



Kesimpulan

Dibentuknya LTKL atau Lingkar Temu Kabupaten Lestari bertujuan sebagai akselerator untuk menciptakan model ekonomi dan pembangunan berkelanjutan untuk mewujudkan kabupaten yang lestari dan mandiri.

Sebelum ada Kabupaten Lestari, banyaaakk banget masalah mengenai hutan di Indonesia, seperti kebakaran hutan, pemanfaatan hasil alam yang kurang optimal, hingga masyarakat adat yang bekerja sendiri.

Kini, dengan dibentuknya LTKL, diharapkan gak ada lagi kemiskinan di negeri kita yang kaya ini. Semua anak muda berbakat dan inovatif siap bergerak untuk melindungi bumi melalui pengelolaan hasil hutan dan hasil alam yang ada di Kabupaten Lestari.

Maka dari itu, bersama kita mengolah dan menikmati hasil alam dengan bijak dan bernilai tinggi.

Sudah saatnya, anak muda Indonesia menjaga apa yang tersedia di alam serta mengembangkannya menjadi sebuah produk bernilai tinggi secara bijak, sehingga tumbuh menjadi Ekonomi Restoratif ((model ekonomi yang memperhatikan keseimbangan kegiatan ekonomi dan lingkungan)).


Yukk, kamu, aku dan kita semua sama-sama lestarikan alam. Bersama kita dukung produk buatan asli anak negeri, seperti cokelat dari @kalaraborneo dan @yagi.forest


Jangan lupa follow IG dan sosial media mereka yaa.. Selain mendapatkan produk buatan anak ngeri, sahabat juga bisa merasakan manfaat besar dari hasil hutan Indonesia yang diolah dan dikelola secara bijak.


Selamat Mencobaaa~


#BersamaBergerakBerdaya #UntukmuBumiku #FestivalLestari #KabupatenLestari


Salam hangat,



26 comments for "Lindungi dan Pulihkan Pangan Lokal"

  1. Keren sekali acara workshop ini. Pasti banyak ilmu yang didapatkan. Dan sebenarnya pangan lokal ini tidak akan pernah habis karena Indonesia ini sangat luas. Ibarat pepatah akar tak ada Rotan pun jadi. Salah satunya di Kalimantan. Daun sungkubak dan buah tekngkawang yang banyak manfaatnya selah satunya untuk kosmetik. Belom lagi ikan yang bisa diolah. Salah satunya ikan gabus

    ReplyDelete
  2. Workshop seperti ini inginnya sering diadakan ya mbak sebagai bentuk edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat. Prihatin ternyata Indonesia masih impor komoditas pangan yang semestinya bisa diproduksi sendiri ya (maria tanjung)

    ReplyDelete
  3. Baca tentang LTKL ini, saya mendadak teringat dulu pernah mampir sebuah desa yang memiliki ekowisata mangrove. Namanya SRIMINOSARI yang berlokasi di Labuhan Maringgai, Lampung Timur.

    Konsep berdiri dan operasional mereka juga persis sama dengan LTKL ini. Kecintaan warga akan kekayaan alam khususnya tanaman mangrove sudah menginspirasi mereka untuk memanfaatkan tempat ini sebagai ranah pelestarian alam dengan memberikan manfaat ekonomi bagi semua warganya. Tempat ini diurus secara mandiri hingga benar-benar menjadi salah satu sumber penghasilan yang bisa dinikmati masyarakat tanpa harus merusak kehidupan flora dan fauna yang ada di sana.

    Lihat rincian lokakarya di atas, sepertinya bagus juga jika hal bermanfaat seperti ini sosialisasi diadakan dalam scope yang lebih luas. Saya kok lebih merasa hal seperti ini tuh tepat jika diadakan di sekolah-sekolah (SD, SMP, SMA) agar kecintaan akan lingkungan bisa dipupuk sedari masih anak-anak.

    BTW, saya tertarik banget loh dengan bikin journal memanfaatkan materi2 alam seperti di atas. Saya suka banget journaling. Bahkan journaling itu jadi me time yang (sangat) menyenangkan. Buku2nya saya manfaatkan untuk mencatat kegiatan2 dan konsep materi tulisan saya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Baru denger tentang Sri Minosari ini yuk, dan langsung googling ternyata bener berada di pesisir dan ternyata luasnya 268 hektare, amazing! Aku terakhir main ke wisata mangrove Tapak di Jawa Tengah, dan experience saat itu luar biasa banget. Yang di Sri Minosari dari berita online juga udah jadi objek wisata sekarang. Bagus kalau pemeritahan setempat memanfaatkan potensi mangrove itu secara maksimal. Kalau ada kesempatan mau banget aku main ke Sri Minosari ini, secara dari segi jarak juga lebih dekat dari Palembang.

      Delete
  4. Ada sengkubak sebagai penyedap rasa alami..ada tengkawang sebagai bahan baku skincare, ikan gabus dan ikan tomkn sebagai pencegah stunting...wah betapa kaya Indonesia dengan pangan lokal yang punha banyak manfaat bagi kita

    ReplyDelete
    Replies
    1. Indonesia begitu kaya. Tapi, berapa mirisnya saat menyadari bahwa untuk beberapa bahan makanan pokok, kita masih import.

      Delete
  5. keren banget ya LTKL, selalu berinovasi
    Saya pernah nyimak perbincangannya bareng Gita Wiryawan dan ngebatin
    Andai pemerintah mau membantu penjualan
    seperti menyalurkan biskuit ke posyandu2
    Pastinya bakal tambah keren dan berkelanjutan

    ReplyDelete
  6. Kayak lingkaran setan. Petani semakin berkurang. Generasi muda juga udah banyak yang meninggalkan sawah. Tapi, ini yang menyebabkan aspeknya kompleks sekali. Dari pergeseran gaya hidup hingga perlindungan pemerintah untuk kesejahteraan petani (tanpa harus juga mencekik masyarakat yang daya belinya semakin menurun). Makanya pas bawa awal aja udah kaget ternyata untuk beras dan jagung aja masih harus impor :(

    Tapi namanya harapan ya akan selalu ada. Kayak di sini infonya soal LTKL yang punya misi melindungi fungsi lingkungan dan mensejahterakan masyarakat di wilayah administrasi kabupaten anggota sesuai dengan target nasional. Ah, semoga gerakannya semakin masif dan menunjukkan keberhasilan. Amiiin

    ReplyDelete
  7. Keren banget nie kak bisa ikt workshop tenatang local food dan dari sana kita juga dapat banyak pengetahuan baru cara agar menjaga bumi ini tetap berkelanjutan dengan cara pemanfaatan yang sebaik2 nya sebagaimana yang masyarakat adat lakukan dan dengan ilmu yang lebih baik tingkat ekonomi juga bisa meningkat..bersama bekerja sama untuk menjaga bumi

    ReplyDelete
  8. Bagus juga ya ada Kabupaten Lestari ini, karena bisa menginspirasi yang lain juga untuk konsisten menjaga lingkungan hidup.

    Btw, seru nih Teh ada workshopnya juga, jadi bisa diterapkan lagi di rumah

    ReplyDelete
  9. Saya senang melihat anak muda semakin banyak yang bergerak menyelamatkan bumi. Karena memang mereka yang ibaratnya masih memiliki masa depan panjang. Harapan saya, semakin banyak yang membantu anak muda. Jangan biarkan mereka bergerak sendiri. Semua harus ikut andil, termasuk pemerintah

    ReplyDelete
  10. Wuih kere banget ini acaranya, isinya full ilmu dong ya. Menanamkan kesadaran pada kita juga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Juga, selain daging ilmunya soal lindungi dan pulihkan pangan lokal, peserta bisa berkreasi nih bebikinan kolase dari barang bekas dan bahan alam di sekitar...wah, seruu!!

      Delete
  11. Bener banget sih, pangan lokal tuh aset penting. Semoga makin banyak yang sadar dan ikut jaga bareng-bareng.

    ReplyDelete
  12. Baru tahu soal Kabupaten Lestari. Memang kita harus bijak memanfaatkan alam. Memakai seperlunya dan tak lupa memperbarui apa yang kita ambil agar senantiasa tersedia untuk memenuhi kebutuhan

    ReplyDelete
  13. Workshopnya bagus dan menambah wawasan sih ini. Pangan lokal memang harus bijak menyikapinya... apalagi kebutuhan sehari-hari ini...

    ReplyDelete
  14. Cobak rumahku area JKT dan sekitarnya kalau undangannya sampe langsung cyuss mbak Len...
    Acaranya seru banget lho!
    Nggak cuma duduk manis, tapi tangan sama otak bener-bener ikut kerja bikin kreatifitas.
    Ya ampun, keren keren!!!

    Itu mas Achi kelihatan banget menikmati biskuit e..
    Hahaha... Aku mupeng sama biskuit gabusnya... :D

    ReplyDelete
  15. Saya punya banyak kenangan bahan makanan yang sekarang tak ada lagi atau minimal sangat sulit ditemukan. Kebetulan saat masih TK dan SD memang lagu "paman datang dari desa" benar nyata adanya. Serealia langka, umbi langka, saya hanya pernah bertemu saat SD dan itu berarti 30-35 tahun lalu.

    ReplyDelete
  16. Bischo, coba ya badan gizi nasional menggandeng produsennya Bischo ini. Bisa jadi alternatif camilan sehat buat anak-anak, apalagi bagus juga buat program pencegahan stunting.

    Sebenarnya banyak banget emang pangan lokal di negara kita, cuma saja belum banyak diekspos, jadi tak banyak masyarakat yang mengetahuinya

    ReplyDelete
  17. Salut dengan filosofinya yang mengambil dari hutan dan mengolahnya secukupnya saja, tidak berlebihan
    beda sekali dengan sekelompok orang yang memperkaya diri sendiri dengan bersembunyi dari berbagai alasan tapi ujungnya merusak Indonesia seperti yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia
    Acaranya seru banget ini, pengen ikutan juga kalau ada di surabaya

    ReplyDelete
  18. Wuah Bischo ini bisa jadi camilan yang cocok untuk anak-anak mba. Effort banget loh pihak posyandu dan pemerintah Desa tempatku buat menaikkan BB dan TB bayi.. Biar keluar dari zona stunting..

    ReplyDelete
  19. Betul juga ya,kalau semua anak muda di desa pada kuliah di ibukota, lalu siapa yang akan mengembangkan desa? Btw aku ikut senang dengan didirikannya LTKL semoga programnya banyak direalisasikan

    ReplyDelete
  20. workshop seperti harus sering memang diadakan terutama didaerah yang memang langsung berdampingan dengan wilayah hutan yang masih luas. kalau kayak di daerah ku riau, yang gambutnya rerata luas, tebal dan dalam itu aja sudah banyak banget di konversi jadi lahan kebun kelapa sawit, dan seluas2 mata memandang adalah hamparan kelapa sawit. sedih kadang hiks...

    ReplyDelete
  21. Sedihnya petani di Indonesia tuh sering dianggep 'kasta bawah' dan dipandang sebelah mata. Mereka yang masuk pendidikan jurusan pertanian pun acapkali dianggap buangan, padahal sejatinya mereka itu tulang punggungnya ekonomi nasional lho. Dan begitulah.. pada akhirnya sampai sekarang kita bisanya cuma impor impor dan impor terus.

    Btw aku seneng sama acara begini mbak. Moga makin banyak dan luas ya coveragenya, supaya bisa meningkatkan kesadaran masyarakat untuk hidup lebih bersinergi bersama lingkungan.
    Dan pemerintah juga mesti support si. Gak boleh pulak lah itu apa2 tambang bae hahaha

    ReplyDelete
  22. Penasaran nih Len dengan hasil karya dari teman2 yang ikutan. Kulihat ada Achi dan Salman juga hehee... Kan jadi pengin ikutan bikin.

    Penggunaan sumber daya alam lokal harus kita dukung dengan sepenuh hati. Selain memberdayakan warga lokal yang bertanam sumber pangan tadi, kita juga tetap menjaga kecintaan pada produk2 lokal. Enggak malah apa2 beli produk luar negeri.

    ReplyDelete
  23. Worshopnya sangat ber-nutrisi, membaca ulasanya aja sudah merasa segar, berterima kasih untuk semua pihak yang mewujudkan acara itu, terlebih LTKL yang memiliki misi yang luhur.

    Tertarik sekali dengan sengkubak, penyedap rasa yang bermanfaat memperkuat daya tahan tubuh. Nanti aku lihat lebih detail tentang itu.

    Semoga apa yang dirintis dan dilakukan oleh lembaga ini terus berkembang dan generasi penerus bisa menjadinya wadah baik untuk kelangsungan hidup.

    ReplyDelete