Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Bullying Start From Us

Assalamu`alaykum,


Pingin cerita masa kecil aku dulu...
Jaman aku kecil, digodain dengan memanggil nama Bapak itu adalah sebuah hal yang lucu (menurut mereka yang melakukan) atau manggil aku dengan sebutan `pesek`, pendek, cempreng sampai aku ingat betul, salah satu guru SD negeriku dulu manggil aku dengan sebutan `nenek`. Karena aku luar biasa berisik, kata beliau.

Jaman segitu siih...dipanggil begitu keki juga yaa..belum lagi kan kalau kita udah punya perasaan sama lawan jenis. Pasti ada perasaan malu dan sebagainya. Pernah juga merasa malas berangkat ke sekolah, karena yaa itu...ketemu guru yang begitu...temen-temen yang begitu. Errgg! Rasanya pingin ke planet lain yang isinya orang baik-baik aja gituu... Tapi kan kenyataannya gak bisa gitu juga.

Aku harus tetep sekolah (karena tiap pagi udah dijemput sama supir anter-jemput), dan mau kasih alasan apa sama Ibu? Bisa-bisa malah aku dibilang pemalas...

source : pintererest


Tuuh...
Ngliat lingkungan yang kaya begitu gak sehatnya, aku jadi mikir....mungkinkah bullying itu ada di sekitar kita dan malah kita-lah pelakunya?

Ya,
Kita si orangtua ini.
Kita-kita si orang dewasa ini yang memberi contoh, sehingga anak-anak tumbuh menjadi pribadi pem-bully atau jadi korban bullying?


Tulisan aku ini menanggapi blogpostnya mak Nia K. Haryanto dalam Yuk, Waspai Bullying Pada Anak-anak.


Apa itu bullying?
Akhir-akhir ini lagi marak niih...kata-kata bullying. Yang baru-baru ini terjadi adalah bullying kepada dedek Afi Nihaya Faradisa mengenai tulisannya yang mendadak menjadi viral di sosial media dan di baca serta di share sama banyak orang. Tulisannya filsafat banget, brai...buat aku dengan otak science (aahhaii...) agak susah memahami bahasa-bahasa macam begini. Gak sesederhana itu, awalnya si dedek emesh ini dipuja-puji oleh penggemar tulisannya yang dirasa sangat masuk akal. Sampai diundang ke sebuah televisi swasta untuk wawancara. Dan aku nonton saat itu. Haahha....lagi kagum juga ceritanya, gimana bisa anak Sekolah Menengah Atas punya pemikiran luas... Ternyata dugaan aku gak sepenuhnya salah siih....selain doi memang rajin baca (terbukti saat wawancara, jawabnya lancar banget) dan rajin menjiplak tulisan orang lain.

Haah??

Dan apa reaksi publik saat tahu itu bukan karyanya?
Jeddaar!!
Muncullah berbagai reaksi positif dan negatif. Dan yang pasti, lebih banyak negatifnya. Banyak yang ngata-ngatain Afi di media sosial.
Siapa pelakunya?

Ya,
Kita-kita ini...para orang dewasa.

source : pinterest
Bullying yang dalam KBBI disebut dengan risak (yaitu perbuatan mengusik, mengganggu yang dilakukan secara terus-menerus dengan berbagai macam cara) dan dilakukan secara sistematis dari pihak yang lebih kuat kepada pihak yang lebih lemah.

Perbuatan disengaja dan dilakukan secara agresif serta terus-menerus.


Macam-macam Bullying :

1. Bullying Verbal (melalui kata-kata)
2. Bullying Fisik (dengan kekerasan)
3. Bullying Social / Psikologis (dikucilkan)
4. Bullying Cyber (dilakukan di media sosial)

macam-macam bullying

Ternyata hal yang biasa aku terima saat aku kecil dulu itu termasuk bullying lhoo, gaes....sedih  kan yaa... Tapi dasarnya aku anaknya mah cari damai aja...jadi kalau ada yang bikin gak nyaman, aku cenderung menghindari masalah. Cari temen yang bikin aku nyaman aja deh...karena temen yang baik kan...yang mau nerima diri kita apa adanya yaa...


Berikut ini saran yang diberikan mak Nia dalam tulisannya.

1. Membiasakan bertanya kepada anak mengenai aktivitasnya di hari itu.
2. Peka terhadap sekecil apa pun perubahan yang terjadi pada anak. Sebelum semuanya menjadi serius.
3. Lebih dekat dengan anak.
4. Menanamkan sikap-sikap positif, termasuk sikap berani jika diperlakukan semena-mena oleh temannya.
5. Kenali teman-temannya. Termasuk sifat teman-temannya.





Dari beberapa kasus bullying, aku lebih menyarankan :

1. Pondasi Agama.
Kenalkan anak pada sang Penciptanya sejak dini. Dari lingkungan terkecil seperti keluarga-lah kepribadian yang baik bisa terbentuk.

2. Lekat - dekat - sahabat.
Ini kata Bu Elly Risman. Untuk membentuk kepercayaan diri pada anak, maka gak bisa instan. Tapi harus dekat dulu dengan anak. Setelah anak dan orangtua merasa lekat, maka mereka akan menjadi dekat. Setelah dekat, maka antara orangtua dan anak akan menjadi sahabat.
Kalau sudah menjadi sahabat, maka anak tidak akan sungkan lagi ingin bercerita apa saja dengan orangtuanya.

3. Memiliki teman dekat.
Pernah merasa marah, sedih atau galau? It`s normally, gaes...
Semua manusia normal merasakan emosi-emosi seperti itu. Kita namakan emosi tersebut sebagai emosi positif dan negatif yaa...
Jadi,
emosi-emosi tersebut harus disalurkan dengan baik ke saluran yang benar. Salah satunya adalah memiliki teman dekat. Saling curhat akan membantu menyalurkan energi serta emosi-emosi yang dirasakan.

4. Fokus dengan hal-hal positif.
Dengan fokus pada hal-hal positif, kita jadi lupa dengan kejadian negatif yang kita alami. Bisa jadi juga, kalau kita berprestasi di suatu bidang, maka mencegah aksi bullying yang berkepanjangan.

5. Mengajarkan anak untuk berani berkata dan berbuat.
Kalau disakiti terus-menerus, jangan diam saja. Maka beranilah untuk mengutarakan ketidak nyamanan yang dirasakan.

/

6. Mengajari anak untuk banyak bersyukur.
Karena apa yang kita rasakan adalah hal yang terbaik. Maka jangan bandingkan diri kita dengan yang di atas. Ingatlah selalu bahwa kita adalah manusia-manusia yang beruntung dengan segala kelebihan yang kita miliki.


Jadi apakah kita termasuk orangtua yang membully anak (secara tidak sadar)?
Ataukah kita orangtua bersumbu pendek?

Maka jangan heran kalau jaman sekarang makin banyak anak-anak yang masih kecil sekalipun, sudah pandai membully anak lain. Maka, mulailah dari lingkungan terkecil, yakni keluarga. Menjadi keluarga yang bahagia, adalah salah satu cara terbaik membentuk kepribadian anak. Selain itu, si anak pun akan memiliki ketahanan mental yang kuat.


Apakah ada sahabat di sini yang ingin menuliskan pengalamannya?
Atau ingin menambahkan?
Bisa share di kolom komentar yaa...


Haturnuhun sudah membaca.


Salam hangat,





#KEBBloggingCollab Kelompok Yohana Susana.











43 comments for "Bullying Start From Us"

  1. Hi mak lendy, bully pakai kata-kata seperti yang dirimu alami ketika kecil, juga aku alami, bukin aku minder kala itu, krn orang tuaku kerja gak ada temoat curhat. Untung lah pas SMA mulai pede, semoga pengalaman ini jadi pelajaran kita buat mengurus anak-anak kita ya mak.
    Ngomong-ngomong aku aku mau edit blog ku deh, lupa cantumin kalo ini blog tanggaoan plus nama kelompok kita. Makasih sudah berbagi mak

    ReplyDelete
  2. Bener Mba, setuju, kalau tindak bullying sudah sedemikian parah, sudah waktunya mengatakan dengan lantang bahwa kita gak suka. Emang sih pengaruhnya bisa jadi malah didiemin dan dijauhin, tapi itu lebih baik daripada gak berbuat sama sekali.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju, Ipeh.
      Apalagi ental anak sekarang kaya krupuk. Mlempem.
      Ini bikin anak yang gak mampu speak up makin terintimidasi dan bisa-bisa berakhir pada bunuh diri.

      Naudzubillahi min dzalik...

      Delete
  3. Daku waktu kecil juga pernah dipanggil pakai nama ayahku. Tapi yang manggil teman seusia sih, nggak tau kenapa ya dulu orang suka banget manggil nama pakai nama bapaknya. Dan aku biasanya balas dengan nyebut nama bapaknya juga hahhahah

    ReplyDelete
  4. Kasus bully saat ini marak terjadi ya, perlu antisipasi agar tidak terjadi. Dimulai dari lingkungan keluarga untuk mengantisipasi dan mengatasi bully yang kerap kali terjadi.

    ReplyDelete
  5. Aku dulu juga pernah dibully
    Dikucilkan, dinyinyirin 3 hari sama geng tukang nyinyir
    Akunya yang biasanya damai2 aja, jadi stres berat. Nangis. Cerita ke ibu. Sama ibu disuruh minta maaf meski aku gak salah
    Alhamdulillah masalah selesai

    Aku ngerasain sendiri,peran ortu saat bullying

    ReplyDelete
  6. Waktu kecil aku sering dibuly dipanggil bule karena rambutku pirang sejak lhr, sekarang dah punya anak aku jd protek banget sm anskku jgn sampai mereka merasakan kesedihan yg sama

    ReplyDelete
  7. Aku banget sering kena bully, tapi ya gitu secara gak langsung dan basa basi bahas fisik

    ReplyDelete
  8. Almost all of us ever do it. Saya bilang almost, krn sebenarnya ada hal di luar kesadaran yang kita lakuin, dlm hal ini misalnya ngucapin omongan yang mengecilkan.
    Tugas ortu memang bukan cuma ngerjain yang cukup dia tau, tapi juga belajar menjadi makin ideal sebagai orangtua dan temen. Salahsatunya harus peka seperti yang Mbak Lendy bilang, dengan jangan malu minta maaf kalo anak tersinggung.

    ReplyDelete
  9. kalau aku dulu waktu SD kan pindah sekolah ke luar kota, baru-baru masuk kena bully tuh mbak, tapi akunya nyuekin yang ngebully, tetap bahagia dan cari teman-teman pendukung. walhasil teman-temanku lebih banyak dari yang ngebully + aku cuek + aku bahagia, akhirnya yang ngebully berubah jadi fans hehehheee

    ReplyDelete
  10. Nah, iya ... semua bersumber dari keluarga. Jika keluarganya bahagia, anak tidak mungkin berperilaku buruk. Anak berkarakter baik karena didikan di dalam keluarganya. Semoga semakin banyak keluarga bahagia yang menciptakan anak berkualitas, ya, Teh :)

    ReplyDelete
  11. Bener banget! Dulu saya sering dikatin pendek, tapi sekarang mereka jadi apa coba? Saya yakin kalo orang yamg di dzolimi itu doanya dikabulkan Tuhan, tapi saya gak doain mereka yang jelek2, saya berdoa untuk kesuksesan saya pribadi^^ tfs Mbaaa

    ReplyDelete
  12. anakku ngerasain banget nih sering di Bully karena anaknya rada beda. lebih tomboy dari anak 2 cewek pada umumnya. say aberusaha mengajarkan kepda dia supaya gak dendam atau membalas.. sambil memberi pemahaman kalau bully itu gak baik. semoga kita bisa introspeksi diri juga ya teh, jangan2 kita juga sering nge bully tanpa sadar

    ReplyDelete
  13. Ah, untungnya saya tipe penyayang anak2.. jadi kalau ada aksi bullying cara paling ampuh ya ikut menyayangi si pembuli dan beri edukasi secara tidak langsung.

    ReplyDelete
  14. bullying adalah sebuah kegiatan yang paling hina banget. Kasian anak yang dibully nantinya malah menyendiri dan tidak mempunyai teman sebayanya. Sempet kesel sih kalo ada anak yang di bully gitu. Belum tentu kita adalah orang yg sempurna juga

    ReplyDelete
  15. Aku dulu juga dibully, karena selalu diem waktu dipanggil inilah itulah, tapi ternyata begitu aku marah ya akhirnya mereka tau aku ga suka dipanggil seperti itu.


    Iya mbak, dulu guru juga ada yg kaya gitu. Bukan panggilan sih, malah ngerjain aku. Dan ada banget. Sampe aku nulis ini, aku masih dendam. Mau pembelaan dia yang dulu itu cuma bercanda, aku ttp ga menganggap itu lucu.

    Dan... Iya, aku sadar terkadang kita sebagai org yg dewasa yg suka lepas kontrol, makanya skg kalo mau apa2 dipikir dulu. Hiihihi

    ReplyDelete
  16. duuh...aku pas kecil juga pernah jadi korban bullying tapi juga pernah jadi pelaku...nyesel banget, untunglah sekarang udah sadar . Jadi, sering-sering ngingetin anak untuk tidak melakukan bullying pada temannya, apapun itu bentuknya...

    ReplyDelete
  17. Waktu kecil sy jg ada dibully..
    Ya diberi gelar gitulah
    Tp sy lawan
    Saya balas jg hehehe
    Anak sy juga sy ajarkan berani
    Sering nanya
    Kadang dia cerita ada yg nakal
    Selagi msh dlm tahap kenakalan biasa msh sy toleransi dan ajarkan anak berani melawan.

    ReplyDelete
  18. dulu nama orang tua jadi bahan bullying, tapi untung gak lama. Jadi dianggap angin lalu. Tapi kasihan temen2 sekolah lain ada yang sampai stress karena diejek. Semoga bullying ini cepet ilang ya

    ReplyDelete
  19. Bener..kadang tanpa sadar kitalah pelaku bullying itu dan menurunkan pada anak...
    Karena melihat dan merekam tindakan ortunya.. #selfreminder..

    ReplyDelete
  20. Bully dengan kata kata malah diingat hingga selamanya....

    ReplyDelete
  21. Makasih buat tulisan bagusnya ini mba Lendy. Mengingatkan banget bahwa PR kita untuk anak besar sekali. Aku sepakat dengan statement "bullying start from us". Termasuk labeling yang kita kasih ke anak, "Kamu tu cengeng banget." dll. Dari situ ternyata anak meniru kita untuk melabeli orang lain ya... Huhuhuhu... serem ya ternyaata. Semoga kita bisa jadi orangtua yang semakin baik lagi yaa.. Aminn...

    ReplyDelete
  22. Walaupun hal sederhana, cuma nanya gimana kabar dan ngapain aja di sekolah. Ternyata itu penting banget kita pertanyakan ya Teh. Jadi dapet ilmu baru, sederhana tapi ngena :D

    ReplyDelete
  23. Dulu temen SMA aku ada yg dibully satu kelas. Aku gak ikutan ngebully sih. Tapi sedih, karena gak berani berbuat apa-apa :(
    Untung yang dibullynya kuat, gak pernah nangis atau menunjukkan kelemahannya. Tapi anehnya, temen aku yg suka ngebully, sekarang jadi pendiam gitu, gak ngerti sih kenapa?

    ReplyDelete
  24. Ini penyakit yang harus diwaspadai, apalagi kalo kena ke anak-anak yang mekanisme menjaga dirinya belum baik. bisa bisa merusak mental dan psikologis anak. makasih mba artikelnya informatif banget, biar ga jadi orang tua bersumbu pendek.

    ReplyDelete
  25. Semoga gak ada lagi kasus bullying di indonesia ya mbakk, komen balik ya kh-nizam dot com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin.
      Siap berkunjung. Maaf yaa...terlambat.

      Delete
  26. Saya paling gak suka kalau bawa nama orangtua, kalau mau olok diriku gak apa, kadang saya merasa olokan itu artinya mereka mengenal saya, tentu ada batasannya. Kalau saya gak suka, saya harus bilang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mba Lidh positif sekali mikirnya...
      Aku jadi punya jawaban kalau ada yang mengganggu anakku.

      Tapi agaknya, buah jatuuh gak jauh dari pohonnya.
      Anakku juga tipenya gak mau cari ribut.
      Jadi dia suka cari temen lain yang bisa ngertiin dia ketimbang maksain diri masuk ke lingkungan yang nyakitin dia.

      Delete
  27. Bullying mulai terjadi ddari lingkungan sekitar kita, yang akhirnya membentuk kita jadi pelaku bullying. Itu sih yang aku rasakan.
    Aku merasa korban bullying dari orangtua ketika aku mendapat pujian dari guru tapi justru dicemooh mama menganggap aku hanya mencontek, menjadi korban bullying kakak mama yang merasa keluarganya paling hebat dan terus menerus membandingkan aku dengan sepupuku, semakin ciut ketika guru kesenian di 2 sekolah dengan gamblangnya menghina hasil karya aku di depan kelas. Semua itu menjadikan aku jadi pelaku bullying secara enggak sadar, jadi orang yang nyinyir (nyinyir itu termasuk bullying loh).
    Sekarang lagi mencoba ngerem sih. Semoga saja kalau aku punya anak nanti, aku bisa membentuk anak-anak aku menjadi orang yang bisa melawan bullying dan menghentikan aksi bullying. Biar bullying berhenti mulai dari kita.
    Kapan-kapan nulis ah.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, teh...
      Aku suka miris sama anak-anak yang kedua orangtuanya bekerja.

      Bukannya aku mengecilkan, tapi rata-rata orangtua yang lelah, komunikasinya juga lelah. Kadang yang mau disampaikan tidak sesuai yang dimaksud.

      Jadilah kata-kata bullying yang keluar. Kalo uda gitu...mereka berbaur dengan masyarakat, dan menjadi anak pem-bully.

      Duuh...qucedila.

      Delete
  28. Tampa di sadari plaKu bully terhadap anak2 kita y mba sering memgenal, menghakimi, bukan membandingkn dg SFR yg lain huhu jd kerasa makjleb ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Heuu...iya mba...
      Aku kalo lelah suka deeh keluar 12 gaya populer.

      Bikin sedih...**dan menyesal setelahnya.

      Delete
  29. Pesek, ciwek/cengeng, kleler/lamban, itu bullian yg tertuju padaku semasa kecil duluu. Heuheu

    ReplyDelete
  30. Jangan2 kita seangkatan ya mbak, soale zamanku sekolah jg dulu pd suka manggil2 nama bapak dan bagiku itu nyebelin :(
    Amit2 moga2 kita jauh2 dr membully org baik di dunia nyata maupun maya

    ReplyDelete
  31. Sempat kagum juga sama afi... Kasihan deh kalau sampai dibully. Duh kudu instropeksi nih.. Jangan2 sy juga membully anak. Tfs agasshi

    ReplyDelete
  32. Jaman sekolah juga sering dipanggil dengan nama ortu. Ternyata itu termasuk bullying juga ya mak? Emang ngak nyaman sih di panggil dengan nama ortu gitu, kesannya kayak menghinakan ortu kita.

    ReplyDelete
  33. Anak Nawra sekarang juga pulang sekolah suka cerita kalo dia suka di sapa dengan panggilan nama bapak dan nama saya. Pertama dia kesal. Tapi setelah itu dia pun akhirnya berhasil mencari tau nama ortu temannya. Dan sekarang Nawra juga sering mengejek temannya dengan nama ortunya

    ReplyDelete
  34. Sama banget. Guyonan anak jaman dulu mentok2 ngejek2 pake nama orang tua. Heuheuheu. Tapi kok dulu mah biasa aja ya. Cuma dipikir2 sekarang, ih kesel juga :D Saya gak ngalamin perundungan. Tapi ngebully juga engga. Ada kekhawatiran sih ini nabil gimana ya di sekolahnya ntar...duh semoga gak ngalamin pembullyan deh, sebagai pelaku ataupun korban.

    ReplyDelete
  35. kadang kita juga nggak sadar ya kalau lagi ngebully, d indo sih baru2 kan kata "bully" muncul. tp dluar udah lama dan parah jenis bullyingnya. artikel yg bermanfaat teh :)

    ReplyDelete
  36. Iya banget, bullying pada anak terjadi karena mereka melihat yang terjadi di depan mata mereka. Kita orang dewasa secara gak sadar sudah dicontoh mereka. Candaan, gurauan, dan ejekan yang mungkin gak Kita sadari ke orang lain dianggap jadi lumrah oleh anak2. Untuk hal ini, aku juga lagi banyak belajar. Semoga Kita semua bisa jadi contoh yang baik buat anak2.

    ReplyDelete
  37. Dulu semasa sd smp lg tren manggil dengan nama orang tua.

    ReplyDelete